Makassar (ANTARA News) - Nurul Jannah, seorang bocah penderita lumpuh layu kini berusia sembilan tahun, tidak bisa berbuat banyak dan hanya mengantungkan nasib kepada ibunya, Riri yang sebatang kara membesarkannya dengan segala kekurangan.

"Awalnya anak saya lahir normal, tapi beberapa lama terkena demam tinggi, lalu step, setelah itu begini kondisinya sampai sebesar ini,"tutur Riri sedih saat ditemui dirumahnya jalan Andi Mangerangi lorong 11 Kelurahan Bongayya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Sebagai ibu rumah tangga yang membesarkan anaknya sendiri dengan hidup sangat miskin, dirinya pasrah sambil berdoa kepada Tuhan agar diberikan ketabahan merawat anaknya, hingga terus berharap ada bantuan baik dari pemerintah maupun dermawan lainnya.

"Dulu pernah dapat KIS (Kartu Indonesia Sehat) tapi tidak bisa saya gunakan penuh, selain keterbatasan biaya transportasi juga beban hidup berat terpaksa anak saya rawat seadanya. Kadang kami dapat makanan dari keluarga jauh, biasa pun Jannah makan nasi campur kecap,"ucapnya lirih.

Dirinya mengatakan punya suami bernama Yan Arfandi (43) tapi ditinggal pergi untuk mencari penghasilan di Jakarta mengikuti saudaranya, tetapi belakangan juga tidak dapat pekerjaan tetap disana, sehingga untuk urusan keuangan sangat minim bahkan tidak ada.

Tidak hanya itu, kondisi rumahnya sangat tidak layak huni dan sangat kecil, terkadang air masuk ke dalam rumahnya akibat atap bocor. Sedangkan anaknya hanya terbaring kaku diatas lantai semen beralaskan tikar plastik usang, itupun pemberian dari tetangganya yang prihatin melihat kondisinya.

Anak semata wayangnya ini, kata dia, terkena lumpuh layu sejak usia satu tahun, dengan berbesar hati anaknya pun dibesarkan dengan semampu tenaganya. Tidak hanya itu, terkadang dirinya memasak mengunakan kayu, karena kompor saja tidak dia punya untuk memasak buat anaknya tersebut.

Kendati demikian, dirinya pantang untuk mengemis, apalagi mencari cara tidak halal untuk buat makan anaknya. Namun selalu saja ada bantuan dari keluarga dan orang disekitarnya yang iba melihat kondisinya itu.

"Kami biasanya makan berdua, saya tidak mau mengemis karena itu bukan perbuatan mulia. Mungkin semua sudah diatur oleh Allah SWT, apapun resikonya ini tanggunjawab dan amanah buat saya,"paparnya dengan tegas, meski sesekali mengusap air di matanya yang mengalir.

Wanita yang kini berusia 35 tahun itu, tetap berusaha dan berdoa kepada tuhan agar diberikan kekuatan dan jalan menghadapi hidup ini, meskipun berat dan terkadang rasa jengkel merawat anaknya datang, namun dirinya selalu mengembalikan kepada yang Maha Kuasa.

Saat ditanya apakah selama anaknya menderita lumpuh layu pernah didatangi pemerintah setempat, baik itu Lurah, Camat, Ketua RT/RW ataupun Dinas Kesehatan dan Wali Kota untuk memperhatikan kondisi anaknya, kata dia, sangat jarang orang peduli akan nasib keluarganya.

Riri mengungkapkan, beruntung doanya diijabah, karena ada seseorang yang selama ini membantunya memperbaiki rumahnya sedikit demi sedikit, mulai memperbaiki atap yang bocor, memperbaiki lantai, hingga memberikan keperluan makanan sampai kompor untuk digunakan memasak.

"Pak Amin telah membantu kami, biarpun itu tidak besar, tapi kami sangat berterima kasih kepada beliau yang mau memperhatikan nasib kami. Pemerintah Kota ataupun lainnya tidak terlalu peduli dengan kehidupan kami ini, maklum saya ini orang miskin dan tidak punya daya, membawa Jannah ke Puskesmas saja susah karena tidak ada uang," ungkap dia.

Secara terpisah, Andi Amin Tamatappi saat ditanya wartawan menuturkan, dirinya tanpa sengaja menemui bersangkutan di rumahnya dan langsung miris melihat kehidupan mereka. Dirinya menyayangkan Pemerintah tidak peka terhadap apa yang dialami Riri dan anaknya.

Ditengah tingginya pertumbuhan ekonomi Makassar, ternyata masih ada warganya tidak terurus pemerintah, apalagi Dinas Kesehatan maupun perangkat lurah camat di wilayah itu.

"Saya miris melihat kehidupan mereka, untuk itu saya berusaha semampunya, apa yang ada membantunya, minimal bisa bernaung saat hujan, dan memasak di rumahnya. Selama ini, Pemda hanya mencari pencitraan melalui program, tapi faktanya di lapangan masih ada orang kesusahan perlu dibantu malah tidak dipedulikan sama sekali,"beber dia.

Setelah diketahui media, tambah dia, tentu ini menjadi presenden buruk bagi Pemkot Makassar karena menelantarkan warganya tanpa diberikan bantuan selama tujuh tahun. Seharusnya mereka mendapat bantuan dari pemerintah agar mereka terbantu, sebab Riri dan anaknya adalah betul orang tidak mampu.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017