Bonn, Jerman  (ANTARA News) - Tanda pagar #WEARESTILLIN sering terbaca di sekitar dan area Konferensi Para Pihak atau Conference of Parties (COP) Perubahan Iklim PBB Ke-23 Fiji di Bonn, Jerman, mulai 6 hingga 17 November 2017.

Tanda pagar ini dibuat oleh mereka yang mengatasnamakan masyarakat Amerika Serikat, mulai dari pemerintah negara federal, pebisnis, hingga universitas, yang tetap mendukung Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan di COP-21, Paris, di akhir 2015.

Tanda pagar ini juga terbaca pada pin-pin yang dilekatkan pada jas atau pakaian yang dikenakan oleh delegasi "nonparties" Amerika Serikat yang mengikuti Konferensi Perubahan Iklim di Bonn saat ini. Mereka bahkan mendirikan kubah berwarna putih yang berukuran cukup besar sebagai paviliun di luar Zona Bula yang menjadi lokasi perundingan di COP-23.

Ini menjadi bentuk penegasan masyarakat Negeri Paman Sam bahwa mereka tidak satu suara soal perubahan iklim dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah menyatakan mundur dari Kesepakatan Paris di pertengahan 2017.

Pada hari Sabtu (11/11), Penasihat Khusus COP-23 yang juga Gubernur Negara Bagian dan Daerah California Edmund G. Brown Jr. dan Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Kota dan Perubahan Iklim Michael R. Bloomberg meluncurkan Janji Amerika (America`s Pledge) pertama yang merupakan dukungan atas Kesepakatan Paris di paviliun yang menjadi pusat aksi perubahan iklim Amerika Serikat di Bonn.

Bloomberg mengatakan bahwa turunnya harga energi dari angin dan panel surya setelah terpuruknya batu bara menjadi semacam angin segar untuk memanfaatkan energi bersih. Batu bara tidak akan digunakan lagi di Amerika.

Sekalipun Washington tetap berkeras menggunakan batu bara, masyarakat Amerika tidak akan menggunakannya lagi, lanjut Bloomberg.

Faktanya pemerintah federal tidak terpengaruh dengan keputusan Presiden Trump dan tetap mengikuti Kesepakatan Paris. Kota, negara bagian, dan bisnis yang mewakili lebih dari setengah ekonomi AS dan masyarakat telah menyatakan dukungan mereka untuk Kesepakatan Paris, termasuk lebih dari 2.300 penandatangan deklarasi "We are still in".

Jika aktor "nonfederal" ini adalah sebuah negara, ekonomi mereka akan menjadi yang terbesar ketiga di dunia, lebih besar daripada semua, kecuali dua negara para pihak terbesar dalam Kesepakatan Paris. Selain itu, laporan tersebut menemukan bahwa total 20 negara bagian AS, sebanyak 110 kota dan lebih dari 1.400 bisnis yang mewakili kapitalisasi pasar sebesar 25 triliun dolar AS dan hampir menghasilkan 1,0 gigaton emisi gas rumah kaca per tahun telah menerapkan target pengurangan emisi yang terukur.

Yang paling ambisius dari target ini, seperti yang diadopsi oleh California, mencerminkan kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contributions/NDC) pemerintah nasional. Kelompok kota, negara bagian, dan bisnis Amerika yang tetap berkomitmen terhadap Perjanjian Paris mewakili ekonomi yang lebih besar daripada negara mana pun di luar AS dan Cina, kata Bloomberg.

Bersama-sama mereka membantu memenuhi janji kesepakatan tersebut dan memastikan AS tetap menjadi pemimpin global dalam perang melawan perubahan iklim. "Di Paris, AS berjanji untuk mengukur dan melaporkan kemajuan mengurangi emisi, melalui `America`s Pledge`, kita melakukan hal itu dan akan terus mempertahankan kesepakatan kita, dengan atau tanpa Washington," ujarnya.

Ini "America`s Pledge" pertama dilaporkan dan harapannya bisa diterima. Melalui laporan pertama ini, kata dia, akan diteruskan dengan laporan selanjutnya sama seperti yang akan dilakukan banyak negara para pihak yang menandatangani Kesepakatan Paris.

Menurut dia, harus bergerak cepat menghindari dampak buruk perubahan iklim, dan semua harus melakukan hal sama. Butuh melihat aksi lebih dari Washington.

Komitmen Pemangku Kepentingan
Dalam diskusi yang dilakukan pada kesempatan yang sama, Senior Wakil Presiden Keberlanjutan Wal-Mart Laura Philips mengatakan bahwa jaringan bisnisnya, termasuk para pemasok telah menyatakan ikut serta menjalankan bisnis yang ramah lingkungan.

Perusahaan Ritel Multinasional Amerika ini, menurut dia, harus mengikuti tren di masyarakat yang makin menuntut adanya produk-produk yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, menjalankan bisnis yang ramah lingkungan, termasuk memperhitungkan emisi karbon yang dihasilkan, menjadi penting untuk keberlanjutan bisnis itu sendiri.

Wali Kota Pittsburgh Bill Peduto mengatakan bahwa masyarakatnya akan ambil bagian pada masa depan untuk urusan pengendalian perubahan iklim.

"Jika mau tambang dll. dibuka kembali, kamu akan kembali ke belakang. Maka, ikuti kami untuk maju ke depan," katanya.

Sekretaris Perlindungan Lingkungan California Matt Rodriquez mengatakan bahwa pihaknya akan terus melihat pergerakan dunia dalam melakukan aksi pengendalian perubahan iklim. California akan terus mengembangkan teknologi dan inovasi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

"Kami harus ikuti (Paris Agreement) karena kami bukan yang akan ditinggalkan," ujarnya.

Gubernur Negara Bagian dan Daerah California Edmund G. Brown Jr. mengatakan bahwa California sangat mendukung langkah PBB yang tak terbendung untuk mendekarbonisasi ekonomi dunia.

Ia menegaskan bahwa pihaknya bergabung dengan negara bagian dan kota-kota di seluruh Amerika dan dunia untuk melanjutkan aksi agresif dan kreatif untuk membatasi emisi gas rumah kaca.

Ribuan pihak swasta dan pemimpin sektor publik mengambil aksi untuk memotong emisi gas rumah kaca. Pimpinan "nonfederal" ikut berkeliling bersama grup besar aktor-aktor yang berkomitmen untuk aksi perubahan iklim meskipun berkebalikan dari pernyataan Gedung Putih tentang Paris Agreement.

Deklarasi "We are still in" sekaligus peluncuran "America`s Pledge" di pavilun pusat aksi iklim AS ini selain dihadiri Eksekutif Sekretaris Kerangka kerja Konvensi untuk Perubahan Iklim PBB Patricia Espinosa juga dihadiri Presiden COP-23 yang merupakan Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama. Dia mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan Kesepakatan Paris membutuhkan bantuan untuk membangun koalisi hibah atau pendanaan untuk mengakselerasi aksi iklim di seluruh negara dan di seluruh level komunitas.

Jadi, menurut PM Fiji Frank Bainimarama, sangat menyenangkan menerima komitmen yang telah dibuat melalui America`s Pledge dari anggota koalisi di AS di antara aktor nonpemerintahan, seperti gubernur dan wali kota.

Pada akhirnya inisiatif yang dilakukan telah menunjukkan komitmen AS terhadap pengendalian perubahan iklim, termasuk memperkuat komitmen di bawah payung Kesepakatan Paris, untuk mengurangi emisi 26 hingga 28 persen di bawah level 2005 pada tahuni 2025.

Sebelumnya, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nur Masripatin telah mengatakan bahwa semua negara para pihak sepakat untuk tidak membahas mundurnya Amerika Serikat dari Kesepakatan Paris di COP-23 karena tidak akan produktif untuk perundingan.

Menurut dia, dari sisi integritas lingkungan, hampir dari semua gubernur negara bagian memiliki komitmen untuk menjalankan Kesepakatan Paris (Paris Agreement). Bahkan, mereka menyatakan seandainya ada National Determined Contribution (NDC) untuk negara bagian, mereka akan bersedia untuk memasukkannya.

Dengan demikian, menurut dia, keputusan Presiden Trump bahwa AS mundur dari Kesepakatan Paris tidak menjadi hal yang perlu dirisaukan.

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017