Bandung (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mencatat ada delapan titik dilanda bencana alam tanah longsor, dipicu hujan deras yang mengguyur wilayah Tasikmalaya sejak Selasa (14/11) hingga Rabu pagi.

"Terdapat delapan titik longsor yang terpantau sejak kemarin hingga tapi pagi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Ria Supriatna di Tasikmalaya, Rabu.

Hujan deras yang berlangsung lama mengguyur sejumlah daerah di Kabupaten Tasikmalaya menimbulkan bencana tanah longsor di sejumlah kecamatan.

Longsor pertama terjadi di Desa Karyabakti, Kecamatan Parung Ponteng menyebabkan jalan desa tertutup sepanjang 20 meter.

Selanjutnya, longsor terjadi di Desa Deudeu, Kecamatan Taraju menyebabkan satu jembatan dan tiga rumah rusak, kemudian longsor terjadi di dua titik Kecamatan Sodonghilir.

Di Sodonghilir itu ada dua titik di Kampung Cipogor dan Desa Cikalong, tiga rumah tertimpa.

Longsor berikutnya melanda Desa Pusparahyu, Kecamatan Puspahiang, menyebabkan jalan tergerus longsor dan tiga rumah terdampak.

Selanjutnya longsor di Desa Cintajaya, Kecamatan Tanjungjaya yang menyebabkan tiga rumah terancam bahaya longsor, lalu longsor terjadi di Desa Nantang, Kecamatan Cigalontang menyebabkan saluran air dan kolam ikan rusak.

"Ada juga di Desa Dirgahayu, Kecamatan Kadipaten terdampak longsor, tepatnya di rel kereta tadi malam," katanya.

Terakhir bencana longsor terjadi di Kampung Nagrak, Desa Sundawenang, Kecamatan Salawu menyebabkan jalan desa dan satu rumah rusak.

"Longsor yang terjadi tadi pagi menyebabkan satu rumah dan jalan desa terdampak," katanya.

Ia menyampaikan, BPBD Tasikmalaya terus memantau dan melakukan pendataan daerah yang dilanda bencana alam.

Selain itu, lanjut dia, jajarannya telah menerjunkan petugas untuk menyingkirkan material tanah longsor, juga memberikan bantuan logistik bagi warga yang terdampak bencana.

"Bantuan berupa makanan ke keluarga korban sudah diberikan, selanjutnya kami terus pantau kondisi terbaru," katanya.

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017