Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius meminta media mengedepankan nasionalisme dan memperhi dalam menayangkan peristiwa terorisme.

"Kadang-kadang media menjadi `trigger` dengan mengkreasi peristiwa terorisme dengan pemberitaan yang tidak proporsional," kata Suhardi saat menjadi pembicara pada pembukaan Rapimnas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Depok, Jawa Barat, Rabu.

Dikutip dalam siaran pers, Suhardi mengatakan media juga harus mempertimbangkan dampak yang timbul di masyarakat dalam menayangkan peristiwa terorisme, tidak sekadar pertimbangan oplah atau rating.

Bisa dibayangkan bagaimana perasaan orang atau keluarga dari korban yang jadi sasaran. Hal itu, kata Suhardi, malah akan menambah kebencian dan beban psikis mereka.

"Ini harus dihitung dengan baik. Silakan beritakan masalah terorisme dan radikalisme, tapi harus secara proporsional yang mendidik sehingga masyarakat mempunyai ketahanan dalam menghadapi imbas dari kejadian itu," katanya.

Mantan Kabareskrim Polri ini berharap KPI bisa berperan secara maksimal seperti menjadi wasit terhadap seluruh aspek penyiaran baik televisi maupun radio agar bisa memberikan pembelajaran pada masyarakat walaupun itu tidak populer.

"Carikan bagaimana metode dan caranya supaya penyiaran itu mempunyai kontribusi pada kebaikan bangsa dan negara dan pendidikan kepada masyarakat," kata Suhardi.

Sebenarnya, saat resmi dilantik menjadi Kepala BNPT, Suhardi langsung mengumpulkan para pemimpin redaksi untuk memberikan pemahaman bagaimana peranan media dalam mengkreasi terjadinya peristiwa terorisme dan diharapkan hal itu tidak dilakukan oleh media.

Pada bagian lain pemaparannya, Kepala BNPT menjelaskan bahwa saat ini masih ada 600 lebih narapidana terorisme yang membutuhkan perhatian semua pihak agar mereka bisa kembali ke pangkuan NKRI.

"Jangan ribut saja saat ada bom, tapi kita harus peduli dan memikirkan mereka setelah menjalani hukuman. Intinya, jangan marginalkan mantan teroris. Kalau dimarginalkan, mereka pasti kembali ke kelompoknya lagi," katanya.

Pada kesempatan itu Suhardi mengajak seluruh pihak untuk tidak terbuai dengan situasi yang ada, juga tidak hanya melihat kepentingan kelompok atau bisnis saja.

"Lihatlah kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara," kata mantan Sekretaris Utama Lemhannas itu.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017