Balikpapan, Kalimantan Timur (ANTARA News) - Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) meluncurkan prototipe mobil listrik berkursi tunggal Enggang Evo 1 di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan.


"Ini langkah awal dan ke depannya kami akan terus sempurnakan," kata Herdy Aditya, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin yang memimpin 15 rekannya mengembangkan mobil tersebut, Jumat.


Prototipe mobil listrik bikinan mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro ITK Balikpapan itu menggunakan empat roda sepeda motor, sekalian dengan rem cakram dan kaliper sebagai penyalur daya mesin. Rangka atau chasis dibuat dari pipa besi 17 mm dengan badan dari pelat aluminium.


Dalam pembuatan prototipe mobil listrik yang bisa melaju hingga 60 kilometer per jam itu, mahasiswa Teknik Mesin mengerjakan mesin, transmisi, suspensi, pengereman, dan sistem aerodinamis mobil, sementara mahasiswa Teknik Elektro antara lain mengerjakan sistem listrik dan menyiapkan panel-panel indikatornya.


Enggang Evo 1 Mobil listrik Enggang Evo 1 (saaitkteam) (saaitkteam)

Enggang Evo 1, yang menggunakan empat aki mobil biasa sebagai sumber daya, bisa melaju hingga kecepatan 60 kilometer per jam.


Sistem gerak mobil, yaitu mesin, transmisi, suspensi, pengereman, dan aerodinamis dikerjakan oleh mahasiswa Teknik Mesin. Sedangkan mahasiswa Teknik Elektro mengerjakan sistem kelistrikan mobil, menyiapkan panel-panel indikator, termasuk menghitung kekuatan aki yang diperlukan untuk menggerakkan mobil.


Herdy mengatakan kemampuan akselerasi, efisiensi tenaga, kekuatan menanjak serta pengereman prototipe mobil itu akan diuji dalam kompetisi mobil listrik yang diselenggarakan Politeknik Negeri Bandung pada 24 November 2017.


Ia mengakui prototipe mobil buatan kelompoknya masih sederhana dalam hal penampilan maupun kemampuan.


"Kami masih kesulitan dalam slalom atau gerak zigzag. Tapi, kalau nanti jarak antar-cone 2 meter atau lebih, kami optimistis bisa tampil baik," kata Herdy.


Enggang Ego 1 juga baru bisa melaju maksimal 60 km per jam hanya dalam waktu satu jam dengan berat pengemudi maksimal 55 kilogram. Kalau pengemudinya lebih berat dari itu, atau dijalankan lebih lama dari satu jam, maka kecepatannya tidak bisa maksimal.


"Ini mobil memang prototipe yang dasar sekali. Tapi, setidaknya kami sudah punya karya dan ini akan kami kembangkan terus," kata Herdy.


Alfian Djafar, dosen pembimbing para mahasiswa dalam proyek tersebut, mengatakan bahwa ke depan ITK ingin fokus mengembangkan mobil dengan fungsi khusus seperti mobil listrik penyapu jalan.


"Yang digunakan untuk menyapu jalan masih berbahan bakar solar. Kami akan buat alternatifnya yang menggunakan listrik," kata Djafar.


Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITK Mochammad Purwanto memandang kemampuan mahasiswa membuat mobil listrik sebagai sesuatu yang luar biasa mengingat institut baru berumur tiga tahun.


"Artinya ide dan kreativitas, juga kemampuannya menjadi satu karya, anak-anak kami tak kalah," katanya.


Institut Teknologi Kalimantan dibangun di Balikpapan sejak tahun 2012. Setelah dua tahun persiapan, tahun 2014 mulai menerima mahasiswa yang dititipkan belajar di ITS Surabaya, sementara gedung-gedung perkuliahan mulai dibangun di kawasan Kariangau.

Pewarta:
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017