Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP) PKB Muhaimin Iskandar enggan berkomentar soal pengunduran diri Sekretaris Jenderal DPP PKB Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenni Wahid sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. "Saya tidak mau berkomentar," kata Muhaimin di Jakarta, Sabtu, ketika ditanya wartawan usai menghadiri peluncuran dan bedah buku "Demi Ayat Tuhan: Upaya KPPSI Menegakkan Syariat Islam" yang salah seorang penulis sekaligus editornya adalah Ketua DPP PKB Andi Muawiyah Ramly. Muhaimin menilai mundurnya puteri Ketua Umum Dewan Syura PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu dari posisinya di lingkungan kepresidenan merupakan urusan pribadi yang tak terkait dengan partai. "Itu urusan pribadi Yenni," kata Muhaimin yang juga Wakil Ketua DPR itu. Pada Jumat (15/6), Yenny menyatakan telah mengajukan pengunduran diri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, baik lisan maupun melalui sepucuk surat. Menurut Yenni, ia pamit pada Presiden usai menemani delegasi ulama dan aktivis Islam dari Inggris yang menemui Presiden di Istana Negara. Selanjutnya Yenny menyatakan akan lebih berkonsentrasi pada tugasnya selaku Sekjen PKB menggantikan Muhamad Lukman Edy yang kini menjadi Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Ketika ditunjuk Presiden Yudhoyono sebagai staf khusus setahun lalu, di PKB Yenni menjabat Wakil Sekjen. Di dalam suratnya tertanggal 14 Juni 2007 itu, Yenni menyatakan sangat menyesali dua hal yang tidak bisa ditanganinya selama menjadi Staf Khusus Presiden. Pertama, ia mengaku gagal mendekatkan Presiden Yudhoyono dengan bapaknya, Gus Dur. Kedua, komunikasi politik istana dengan PKB selalu diwarnai kecurigaan serta kesalahpahaman. "Saya tidak akan pernah melupakan beberapa episode ketika ayah saya mengkritik Bapak (Presiden Yudhoyono, red) secara keras di media massa," tulis Yenni dalam suratnya pada Presiden. Yenny memuji Presiden Yudhoyono yang dinilainya tetap tenang tidak membiarkan diri terpengaruh oleh emosi dan malah mencarikan alasan kemungkinan kenapa Gus Dur bersikap kritis. "Bapak (Presiden Yudhoyono, red) sengaja menyelamatkan muka saya di hadapan teman-teman sesama staf khusus," katanya. Sejak itu, tulis Yenni, ia bertekad untuk berusaha sekuat tenaga menjembatani Presiden Yudhoyono dengan Gus Dur, namun usahanya menemui jalan buntu. Ketika ditanya komentarnya soal isi surat Yenni tersebut, Muhaimin juga enggan berkomentar, bahkan ia hanya tertawa ketika didesak lebih lanjut. Beberapa pertanyaan yang diajukan seputar Yenni hanya dijawabnya dengan pernyataan," Itu urusan pribadi".(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007