Gianyar (ANTARA News) - Agen pemegang merek Nissan di Indonesia, PT Nissan Motor Indonesia, melanjutkan sosialisasi Inteligent Mobility yang mereka dengungkan sejak dua tahun silam sebagai salah satu keunggulan dibandingkan para pesaingnya. 

Sosialisasi ini dilanjutkan lewat kegiatan lokakarya yang digelar di Ubud, Gianyar, Bali, Selasa, yang memaparkan Inteligent Mobility yang terdiri dari tiga pilar utama, yakni Inteligent Driving, Inteligent Power dan Inteligent Integration.

"Nissan Inteligent Mobility ini diperkenalkan pertama kali di Jenewa Motor Show 2017, dan kami tak akan pernah bosan, ini sebagai elemen yang akan terus diperkenalkan," kata General Manager Strategi Pemasaran NMI Budi Nur Mukmin.

Budi menyebutkan Inteligent Mobility menjadi upaya Nissan untuk membuat para pengendara mereka menjadi lebih percaya diri, memiliki pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan serta lebih terhubung dengan lingkungan sekitar, sembari meningkatkan keselamatan berkendara.

Peluang Pro Pilot

Dalam salah satu pilar Inteligent Mobility, terdapat Inteligent Driving yang menghadirkan fitur teknologi ProPILOT yang disebut-sebut Nissan mewakili posisi mereka sebagai salah satu pionir dalam pengembangan autonomous driving alias teknologi swakemudi.

ProPILOT pertama kali diperkenalkan Nissan lewat mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) mereka, Serena, sejak Agustus 2016 yang dipasarkan di Jepang.  ProPILOT juga disematkan Nissan kepada versi pembaruan Sport Utility Vehicle (SUV), X-Trail, pada Juni 2017, kemudian juga diadaptasi untuk generasi kedua mobil listrik terlaris, LEAF, yang meluncur September 2017.

Teknologi swakemudi ini bekerja di satu jalur di jalan bebas hambatan, yang memanfaatkan sensor marka jalan untuk mengendalikan laju akselerasi, pengereman dan pengendalian mobil secara otomatis.

Budi mengakui bahwa ketergantungan ProPILOT untuk membaca marka jalan, membuat teknologi swakemudi itu sulit untuk diadopsi di Indonesia, jika menilik kondisi jalan di Indonesia saat ini.

"ProPILOT untuk Indonesia? Belum. Karena kondisi marka jalan di Indonesia yang belum memungkinkan untuk mendukung ProPILOT," kata Budi.

"Untuk masa mendatang, tentu saja kami tertarik. Tapi kami tidak tahu kapannya, karena ProPILOT ada banyak batasan yang belum terpenuhi di Indonesia," ujarnya menambahkan, sembari memberi secercah harapan Indonesia akan kebagian merasakan teknologi swakemudi tersebut.

Lebih lanjut Budi menuturkan ProPILOT generasi kedua rencananya akan meningkatkan kemampuan teknologi itu dari hanya di satu jalur, menjadi multijalur.

Lantas rencananya pada 2020, ProPILOT akan menjadi semakin canggih dan bisa bekerja berdasarkan deteksi aktivitas di 360 derajat sekeliling mobil berkat diperkuat 12 kamera, sembilan sensor radar, enam pemindai laser dan 12 sensor sonar.

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017