Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 23 poin menjadi Rp13.500 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.523 per dolar Amerika Serikat.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah setelah hasil notulen pertemuan Federal Reserve pada awal November lalu menunjukkan masih adanya kekhawatiran inflasi rendah, kondisi itu dapat menjadi hambatan pengetatan moneter di Amerika Serikat lebih lanjut.

"Pejabat The Fed masih ragu inflasi akan mencapai target dua persen pada tahun depan, kekhawatiran inflasi rendah dapat menjadi hambatan pengetatan moneter lebih lanjut," katanya.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelemahan dolar AS relatif terbatas mengingat sentimen kenaikan suku bunga Amerika Serikat pada Desember nanti masih kuat. Hasil notulen The Fed 1-2 November lalu menunjukkan suku bunga akan di naikan dalam waktu dekat, mempertegas ekspektasi pasar untuk The Fed menaikan suku bunga di bulan Desember.

Research Analyst ForexTime, Lukman Otunuga menambahkan bahwa pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen yang bernada waspada memicu laju dolar AS tertahan, pernyataan itu memperkuat ekspektasi pasar tentang peningkatan suku bunga Fed dengan laju yang bertahap.

"Yellen memperingatkan kenaikan suku bunga yang terlalu drastis dapat mengganggu upaya The Fed mencapai target dua persen. Investor pun mencerna strategi kebijakan moneter Fed pada tahun 2018," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (23/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.503 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.523 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017