Agribisnis jeruk sering dihadapkan pada permasalahan yang lazim dirasakan oleh petani. Masalah tersebut antara lain masa produksi yang lama dan masa panen yang bersamaan yang mengakibatkan jatuhnya harga yang kurang menguntungkan bagi petani serta kualitas buah yang kurang bagus. 

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berupaya menghasilkan teknologi yang mampu memecahkan solusi bagi masalah petani dalam membudidayakan jeruk.
Salah satu teknologi baru yang dihasilkan yaitu Teknologi Pembuahan Jeruk Berjenjang Sepanjang Tahun yang dikenal dengan Bujangseta diharapkan mampu mengatasi permasalahan petani.

Dr.Ir. Muhammad Taufiq Ratule Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika menjelaskan bahwa adanya inovasi ini mampu mengatasi permasalahan petani akan pembuahan jeruk yang hanya terjadi sekali panen raya yang berkisar di bulan Juni, Juli, Agustus. Ke depan diharapkan petani dapat mengadopsi teknologi ini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Menurut Ir. Arry Supriyanto, MS peneliti Balitbangtan, konsep dari bujangseta adalah produksi jeruk yang bisa berbuah sepanjang tahun (off season) dan menghasilkan buah bermutu premium seragam, citarasa sesuai pasar, kulit buah mulus dengan harga memadai.

Bujangseta merupakan kombinasi dari Manajemen Kanopi, Manajemen Nutrisi, dan Manajemen Pengendalian Hama Penyakit untuk menghasilkan buah premium dan dapat diatur pembuahannya
Manajemen kanopi berhubungan dengan prunning atau pemangkasan.
Pengaturan tajuk atau kanopi dengan cara pemangkasan : cabang atau ranting yang sakit, cabang atau ranting yang tumbuh berseberang kedalam tajuk, cabang atau ranting yang tumbu dominan, ranting bekas tangkai buah. 

Tujuan dari pemangkasan adalah memacu pertumbuhan tanaman dimana tanaman akan tumbuh lebih sehat karena akan memacu pertunasan vegetatif dan generatif lebih seimbang, serta kelembaban dalam tajuk dapat dikurangi dan secara otomatis penyakit akan lebih mudah dikendalikan .

Manajemen Nutrisi mendukung pecahnya tunas yang dipicu oleh hormon sitokinin. Nutrisi berupa pupuk di berikan secara periodik setiap 1,5 bulan sekali yaitu berupa pupuk NPK granule dan cair. Untuk meningkatkan kemanisan bisa ditambahkan pupuk yang mengandung Magnesium tinggi.
Pemupukan agar pembuahan dapat berjenjang dilakukan secara kontinyu dengan cara aplikasi pupuk padat NPK yang dikombinasikan dengan pupuk yang dicairkan (NPK) dengan interval masimg-masing 3 bulan sekali. Pada pupuk yang dicairkan diaplikasikan setelah 1,5 bulan aplikasi pupuk padat, seperti dijelaskan Ady Cahyono, SP yang menerapkan bujangseta di Kebun Percobaan Banaran.
Manajemen hama penyakit diupayakan mengantisipasi buah jeruk Upaya untuk mengendalikan penyakit dititik beratkan pada penyakit burik kusam, embun jelaga dengan mengendalikan hama penyebabnya diantaranya Aphis, Trip, kutu dompolan dan kutuk sisik dengan model pengendalian perpaduan antara monitoring dan interval pengendalian secara berkala. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas buah yang mulus dengan mutu premium.
Salah satu unsur pendukung keberhasilan dari inovasi teknologi bujangseta adalah induksi pembungaan dengan cara melakukan teknik Pikung atau pijat lengkug yang utamanya untuk menangani permasalahan tanaman jeruk kondisi sulit dan lambat berbuah , dan dalam waktu setahun berikutnya tanaman tersebut siap untuk dibujangsetakan.
Keunggulan dari teknologi ini terbukti dalam satu pohon, jeruk Siam dan keprok Batu 55 dapat memiliki didapat 6 stadia perkembangan buah, yaitu mulai bunga mekar – hingga buah siap dipanen. Dalam satu tahun pohon yang diperlakukan Bujangseta dapat dipanen 4 – 5 kali. Serangan penyakit burik kusam dapat ditekan hingga 5%. Kesehatan pohon tetap terjaga walaupun baru dipanen dibandingkan dengan jeruk yang dibudidayakan secara konvensional.

Selain itu keuntungan bujangseta, Pohon jeruk bisa dibuahkan sepanjang tahun, tidak memerlukan “cool storage” menggunakan “nature storage” – harga stabil relatif tinggi. Selain meningkatkan produktivitas, mutu buah jeruk tetap dipertahankan premium.
 (fjr)

Pewarta: System
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017