Bandung (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia membuat tiga skenario untuk mengatasi gangguan perjalanan kereta api jarak jauh akibat longsor di Garut, Jawa Barat.

Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro dalam keterangan tertulis yang diterima di Bandung, Jumat, menuturkan khusus KA Kahuripan relasi Blitar-Madiun-Kiaracondong, Bandung dilakukan skenario operasi dan pelayanan.

Pertama, mengirimkan rangkaian cadangan dari Madiun ke Blitar. Kedua, rangkaian KA Kahuripan dari Bandung yang terlambat, hanya berakhir di Stasiun Madiun, sedangkan penumpang tujuan Caruban, Nganjuk, Kediri sampai Blitar dinaikkan kereta cadangan dari Madiun.

Ketiga, penumpang dari Blitar berangkat tepat dengan kereta cadangan sampai Stasiun Madiun dan digabung dengan rangkaian dari Bandung.

"Kami mohon maaf kepada penumpang baik yang perjalanannya mengalami keterlambatan atau yang mengalami pembatalan perjalanan," tuturnya.

Dia mengatakan bagi yang mengalami pembatalan perjalanan, silakan mengambil kembali bea tiketnya 100 persen di loket dengan menunjukkan" boarding pass" asli dan kartu identitas di loket stasiun keberangkatan.

Pada Rabu, (22/11) pukul 15.58 WIB telah terjadi longsoran akibat tingginya curah hujan di jalur KA antara Stasiun Cipeundeuy dan Bumiwaluya.

Sebanyak delapan titik di jalur tersebut tertimbun longsoran dan tidak dapat dilalui KA.

Longsoran tersebut menutup delapan titik jalur KA dengan panjang dan tinggi timbunan antara 10-100 meter dengan ketinggian satu sampai tujuh meter.

Akibatnya, penumpang dari tiga KA yakni Argo Wilis, Pasundan, & Serayu yang tertahan di Stasiun Cipeundeuy dan Tasikmalaya karena tak bisa melewati jalur tersebut terpaksa dialihkan perjalanannya menggunakan bus oleh pihak PT KAI.

Beberapa perjalanan KA juga harus berjalan memutar ke jalur utara yang mengakibatkan waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama.

Beberapa perjalanan KA bahkan mengalami pembatalan dan KAI mengembalikan 100 persen bea perjalanan kepada seluruh penumpang yang perjalanan KA-nya dibatalkan.

Untuk mengatasi gangguan perjalanan ini, Edi mengatakan pihaknya telah melakukan usaha normalisasi jalur selama 1x24 jam sejak kejadian.

"Dengan mengerahkan tiga unit alat berat dan dibantu oleh pihak TNI dan warga sekitar, akhirnya pada Kamis, 23 Juli 2017 pukul 19.30 WIB, jalur tersebut dinyatakan aman dilalui KA," tuturnya.

KA pertama yang melintas jalur tersebut adalah Malabar (Bandung-Malang) yang melintas di lokasi pada Jumat (23/11) pukul 03.23 WIB dini hari dengan kecepatan yang masih dibatasi lima km/jam untuk keamanan perjalanan KA.

"Sehingga, hingga saat ini keterlambatan perjalanan KA yang melintas di jalur tersebut masih akan terjadi sampai dinyatakan aman untuk dilintasi dengan kecepatan normal," ujarnya.

Edi mengatakan selama ini titik-titik rawan di Daerah Operasi 2 Bandung selalu diawasi dengan ditempatkan 169 petugas penjaga daerah rawan.

"Puji syukur, kejadian kemarin itu pun dapat segera ditemukan oleh petugas penjaga daerah rawan sehingga penanganannya bisa segera kami lakukan," imbuhnya.

Menurut dia, pada saat kondisi curah hujan tinggi, petugas PT KAI akan meningkatkan frekuensi pemeriksaan untuk memastikan kondisi prasarana agar tetap aman dilalui kereta api.

Selain itu, dia juga mengucapkan terima kasih kepada jajaran TNI/Polri dan warga sekitar yang telah membantu KAI dalam proses normalisasi jalur sehingga jalur terdampak longsoran dapat kembali dilalui KA.

Edi juga mengajak peran serta masyarakat untuk senantiasa aktif apabila menemukan rintangan jalan di jalur KA, agar segera melaporkan kepada petugas secepatnya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Satu lagi yang ingin kami sampaikan kepada calon penumpang KA, yaitu terkait pemesanan tiket yang wajib mencantumkan nomor HP yang bisa dihubungi. Hal ini penting sebab apabila ada keterlambatan ataupun pembatalan KA akibat kejadian `force majeur` seperti longsor dan sebagainya, bisa kami informasikan kepada calon penumpang tersebut," ujarnya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017