Jakarta (ANTARA News) - Angkatan laut Argentina membenarkan bahwa suara tidak biasa yang terdengar di kedalaman Samudera Atlantik di dekat posisi terakhir kapal selam San Juan yang hilang mengirimkan sinyal adalah memang ledakan. Konfirmasi ini mengakhiri harapan menemukan 44 awak kapal selam itu dalam keadaan hidup.

San Juan, kapal selam bertenaga diesel buatan Jerman yang berumur 34 tahun, diduga mengalami masalah baterai pada 15 November dan disebut mengalihkan perjalanan balik ke Pangkalan Angkatan Laut Mar del Plata, tetapi tidak mengirimkan sinyal darurat.

Kapal selam San Juan memiliki 500 ton baterai asam timah yang membebaskan hidrogen jika baterai lebih lama diisi dari waktu seharusnya (overcharge). Hidrogen yang kontak dengan oksigen akan menciptakan ledakan.

Gustavo Mauvecin, direktur Center for Hyperbaric Medicine di Mar del Plata, menganalisis bahwa hidrogen selalu menjadi masalah dalam kapal selam yang menghadapi masalah listrik.

"Menurut saya, setelah ledakan seperti itu, akan sulit menemukan yang selamat," kata seorang mantan komandan kapal selam kepada AFP.

Surat kabat La Nacion mengungkapkan salah satu hipotesis adalah telah terjadi arus pendek dalam baterai kapal selam itu. Inilah alasan kapal selam itu tak bisa berkomunikasi, dan faktanya kapal selam itu tidak sempat mengirimkan sinyal darurat.

Komandan kapal selam yang meminta namanya tidak disebutkan itu mengungkapkan bahwa masalah pada beterai kemungkinan besar adalah yang menyebabkan  ledakan.

"Masalah yang parah pada baterai kemungkinan menghasilkan hidrogen. Hidrogen di atas persentase tertentu adalah berarti ledakan," kata komandan kapal selam itu.

Horacio Tobias, mantan kepala penyelaman San Juan, mengakui bahwa ledakan itu "sangat keras sampai-sampai awak kapal selam tidak punya waktu untuk menyadari apa yang terjadi".

San Juan dibekali oksigen untuk seluruh awaknya agar tetap hidup selama dalam Samudera Atlantik Selatan untuk jangka waktu tujuh hari sejak kontak terakhirnya.  Rentang waktu itu sudah terlampai Rabu pukul 07.30 GMT lalu, demikian AFP.

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017