Jakarta (ANTARA News) - Serangan milisi berupa ledakan bom di sebuah masjid yang diikuti penembakan kepada para jamaah yang berusaha melarikan diri maupun ambulans di Sinai, wilayah utara Mesir pada Jumat, telah merenggut nyawa 184 korban jiwa, demikian disampaikan media pemerintah setempat dan para saksi mata. 




Serangan tersebut menjadi salah satu yang paling mematikan di kawasan yang tengah dilanda gejolak pemberontakan dari kelompok Islamis tersebut, namun hingga saat ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan. Sejak 2014 tentara Mesir tengah memerangi kelompok yang berafiliasi dengan ISIS dan bermarkas di Sinai, di mana hingga kini milisi tersebut telah menewaskan ratusan polisi dan prajurit.



Media pemerintah menayangkan gambar korban maupun jasad yang ditutupi selimut berlumuran darah di dalam Masjid Al Rawdah di Bir al-Abed, sebelah barat kota El Arish.



Televisi pemerintah dan kantor berita MENA melaporkan sedikitnya 184 nyawa tewas dalam serangan tersebut, sementara 125 orang lainnya terluka.



Saluran berita Arabiya dan sejumlah sumber lokal mengatakan jamaah masjid tersebut merupakan penganut sufisme yang dianggap golongan murtad oleh kelompok garis keras seperti ISIS, karena mengkultuskan para ulama masa lampau dan tempat ibadah, yang juga dinilai sebagai bentuk lain dari penyembahan berhala.



Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, mantan komandan tentara yang menjadikan dirinya sebagai tameng menghadapi milisi Islamis, mengadakan pertemuan darurat dengan jajaran menteri termasuk menteri pertahanan, menteri dalam negeri serta kepala badan intelijen sesaat setelah serangan terjadi, demikian disampaikan laman resmi kepresidenan di Facebook dan televisi pemerintah.



Pemerintah Mesir juga mencanangkan hari berkabung selama tiga hari atas serangan tersebut.



Milisi pemberontak kerap menjadikan pasukan keamanan Mesir sebagai target serangan semenjak memburuknya situasi di Sinai sejak 2013 setelah Sisi yang masa itu menjadi komandan tentara Mesir memimpin penggulingan Presiden Mohamed Mursi dari Kelompok Ikhwanul Muslimin.



Namun, kelompok jihadis juga menyasar suku-suku lokal di Sinai yang bekerja sama dengan tentara Mesir, melabeli mereka sebagai pengkhianat karena telah bersekongkol dengan tentara dan polisi.



Pada Juli lalu, sedikitnya 23 prajurit tewas dalam bom mobil bunuh diri yang meledak di dua pos tentara di Sinai. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.



Milisi pemberontak juga berusaha untuk memperlebar wilayah mereka di luar Semenanjung Sinai ke daratan Mesir yang padat penduduknya, menyerang gereja-gereja Kristen Koptik dan para jamaahnya.



Pada Mei 2017, sekelompok orang bersenjata menyerang peziarah Koptik yang melakukan napak tilas ke sebuah biara di Mesir Selatan, menewaskan 29 orang, demikian Reuters.



Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017