Jakarta (ANTARA News) - Produser film "Naura dan Genk Juara", Amalia Prabowo menemui Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, di Bogor, Rabu (27/11) untuk menjelaskan latar belakang pembuatan film yang tidak bertujuan mendiskreditkan pihak tertentu. 

Menurut Amalia, film yang dibintangi oleh aktris cilik Adyla Rafa Naura Ayu ini benar-benar bertujuan untuk berbagi kebahagiaan dan pesan-pesan positif kepada anak-anak Indonesia.

“Kami ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di tengah sedikitnya film musikal yang ditujukan untuk mereka. Tujuan kami sowan ke Kiai Maruf Amin adalah mengkomunikasikan hal tersebut dan meluruskan pandangan yang berkembang di masyarakat,” kata Amalia dalam siaran pers. 

Sementara itu, Ketua Umum MUI KH Maruf Amin mengungkapkan pihaknya mendukung film Naura dan Genk Juara bila memang tujuannya memberikan pembelajaran positif bagi anak-anak Indonesia. MUI, menurut Maruf, juga menghargai mekanisme yang dilakukan Lembaga Sensor Film (LSF) sebelum film ini dirilis, termasuk adanya unsur MUI di dalam proses screening tersebut.

“Kami mengimbau masyarakat untuk Tabayyun, menonton terlebih dahulu baru berpendapat. Jangan hanya melihat dari sosial media. Untuk para pekerja seni, saya himbau jangan patah semangat,” ungkap Maruf.

Film yang disutradarai Eugene Panji ini melibatkan 140 pemeran anak dan pengambilan gambar dilakukan selama bulan puasa. Menurut Amalia, para pemeran cilik tetap berpuasa penuh ditengah jadwal syuting yang padat. Film yang dirilis tanggal 16 November lalu ini juga untuk mengobati kerinduan akan film musikal anak, setelah Petualangan Sherina yang dirilis 17 tahun lalu.

Kontroversi film musikal anak "Naura dan Genk Juara" dimulai saat ada tudingan dari seorang warganet bernama Nina Asterly yang berpendapat film ini mendiskreditkan agama Islam. 

Sebelumnya, Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI) juga angkat bicara soal kontroversi ini. Ketua Umum APROFI, Fauzan Zidni, menyayangkan tuduhan itu. Dia menanggapi bahwa film Naura adalah film yang bagus untuk anak, mengajari mencinta alam, mencinta ilmu pengetahuan, tentang kerjasama dan persahabatan. 

“Saya cuma berharap pihak yang ramai membuat ini menjadi kontroversi untuk menonton kembali filmnya, lalu menilai dengan pikiran jernih. Jangan apa-apa langsung dituduhkan penistaan agama. Tolonglah bisa lebih bijak dengan memisahkan antar karya seorang filmmaker dengan pilihan politik yang pernah dia pilih.” Kata Fauzan.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017