Industri aviasi memegang peranan penting dalam memfasilitasi jutaan penduduk di Indonesia ..."
London (ANTARA News) - Terlahir dalam keluarga yang bergelut dalam dunia penerbangan (aviasi) membuat Kleopas Danang Bintoroyakti (29) mempunyai kebanggaan tersendiri bisa tampil dalam Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Organization (ICAO) Global Summit di Montreal, Kanada, awal pekan ini.

Pria kelahiran Kota Jakarta itu berbicara dalam forum kalangan muda alias ICAO Young Aviation Professional mengenai pentingnya Komunikasi dan Perubahan Budaya Guna Menarik Minat dan Mempertahankan Profesional Muda Industri Aviasi.

"Sebenarnya saya sempat nervous, dan seperti tidak percaya, untuk dapat memberikan presentasi berskala internasional di General Assembly hall ICAO," ujar putra kedua pilot Garuda Indonesia (GIA) Petrus Tutuk Sri Sumasto dan Stella Maria Mimara Dita, adik Dismas Yoga Untoro yang juga pilot GIA.

Namun, ia mengemukakan, "Karena niat saya adalah mengutarakan ide pentingnya komunikasi yang lebih efektif dan perubahan budaya, saya lama-lama berasa terbiasa dan Puji Tuhan seluruh poin saya tersampaikan."

Ia pun berbagi pengalamannya dari Montreal melalui piranti lunak percakapan Whats App (WA) kepada ANTARA News di London, Kerajaan Inggris.

Presentasi di ICAO itu, menurut dia, sengaja dimulai dengan ucapan sapaan "Selamat Pagi" dalam bahasa Indonesia, kemudian dilanjutkan dalam bahasa Inggris guna mengenalkan diri secara singkat maupun menjelaskan Indonesia dan keragaman dan potensi industri aviasinya.

"Industri aviasi memegang peranan penting dalam memfasilitasi jutaan penduduk di Indonesia, membawa banyak turis serta mendukung pendistribusian logistik dan ekspor Indonesia ke kancah dunia," ujarnya.

Adapun ruang wilayah udara Indonesia (airspace) terhitung terbesar di Asia Tenggara, sehingga manajemen berperan penting untuk lalu lintas udara (konektivitas) di kawasan Asia Pasifik.

Di Indonesia, dikemukakannya, dari riset yang dilakukannya secara independen, sampai dengan tahun 2016 terdapat lebih dari 65.000 orang yang bekerja untuk penerbangan dalamfungsi teknikal maupun manajerial, dan melibatkan jumlah pilot lebih dari 10.000 orang.

Danang mengatakan bahwa bagi sebagian besar kaum profesinal yang bergerak di bidang penerbangan mendapat kesempatan untuk mengabdi di ICAO, dan forum di Montreal, Kanada, merupakan salah satu impiannya.

Ia adalah anak muda Indonesia pertama yang lolos pada seleksi ICAO Young Aviation Professional, program sejak Februari 2017.

Dia pun berbicara mengenai pentingnya komunikasi dan perubahan budaya guna menarik minat profesional muda industri aviasi di acara Next Generation Aviation Professional (NGAP) Global Summit di Montreal, Kanada.

Dalam pemaparannya yang berlangsung selama 15 menit di markas besar ICAO tersebut, Kleopas Danang Bintoroyakti menempati forum yang menjadi salah satu bagian kecil dari acara seminar yang dihadiri oleh sebanyak 500 peserta dari Direktur Biro Navigasi Udara (Air Navigation Bureau), perwakilan delegasi seluruh negara, asosiasi profesi aviasi, serta profesional muda aviasi seluruh dunia sampai dengan mahasiswa.

ICAO Young Aviation Professional adalah program pembentukan pemimpin industri aviasi masa depan (leadership program) berdurasi 12 bulan yang dibentuk Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bidang industri penerbangan.

Program itu dicanangkan sejak empat tahun lalu, dan hanya mencari tiga kandidat setiap tahunnya untuk bekerja dengan ketentuan mampu menyajikan subyek pembicaraan kelas ahli bagi ICAO dalam menangani faktor keamanan, lingkungan hidup dan pengembangan ekonomi.

Danang menjadi salah satu dari tiga kandidat yang terpilih setelah berkompetisi dengan lebih dari 500 pendaftar dari seluruh dunia tahun ini. Ia akan berada di markas ICAO sampai dengan 28 Februari 2018.

Dikatakannya, program tersebut bekerja sama dengan dua organisasi industri penerbangan, yaitu Airports Council International (ACI) yang merupakan organisasi bandara udara (bandara) di seluruh dunia yang juga melibatkan PT Angkasa Pura 1 dan 2 menjadi anggota, dan International Air Transport Association (IATA) yang merupakan organisasi maskapai penerbangan dunia yang juga melibatkan GIA menjadi anggota.

Saat ini Danang sedang berada di rotasi ketiga, yaitu bekerja bersama Air Transport Bureau (ATB) Economic Development sampai empat bulan mendatang, setelah bekerja bersama ACI, yang juga selama empat bulan pertama bersama tim kebijakan ekonomi guna mempelajari sekaligus membahas regulasi pengembangan infrastruktur bandara dan panel regulasi transportasi mengenai perlindungan konsumen.

Kemudian, ia dalam rotasi kedua bekerja bersama IATA dengan tim keamanan operasional dengan proyek khusus menjadi penasehat komunikasidalam tim keselamatan operational, termasuk tim sistem manajemen keselamatan dan menyiapkan proposal strategi komunikasi inisiatif untuk para pemangku kepentingan secara internal maupun eksternal dalam penerbangan sipil.

Selain itu, Danang memberikan gambaran singkat mengenai prediksi perkembangan atau kecenderungan industri penerbangan secara global, di mana menurut laporan ICAO pada 2017 tercatat bahwa keuntungannya pada  2034 dalam industri aviasi diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan 4,5 persen secara global.

Industri penerbangan akan juga turut memberikan dampak positif, antara lain sebanyak 99 juta lahan pekerjaan secara global yang meningkat dua kali lipat dari tahun 2014 dan berkontribusi dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (GDP) sampai dengan nilai 5,9 triliun dolar Amerika Serikat (AS) di tahun 2034.

Data tersebut, menurut Danang, menunjukkan industri penerbangan secara global akan berkontribusi meningkatkan perekonomian dan membuka kesempatan kerja yang sangat luas.

Ia menyampaikan salah satu hasil risetnya yang dibuatnya bersama ACI yang dipublikasikan di ACI World Report edisi Agustus 2017 bahwa kepercayaan akan proyeksi penumpang udara yang akan terus meningkat membuat negara-negara dan operator bandara di seluruh dunia berkomitmen untuk berinvestasi dan meningkatkan proyek pengembangan bandara, serta memasukkannya sebagai prioritas.

Walaupun proyeksi industri penerbangan terus meningkat, ia mengemukakan, namun terdapat banyak tantangan, seperti terorisme, kesenjangan pendapatan global, serikat pekerja, dan faktor lingkungan, termasuk keterbatasan terhadap jumlah pekerja profesional.

Tantangan itu, dinilainya, yang akan dihadapi oleh profesional muda bidang penerbangan di seluruh dunia karena industri aviasi terbilang sangat kompleks, sangat ketat terhadap aturan dan sangat dinamis, sehingga dikenal dengan menerapkan aturan skala keseimbangan (the rule of the balance scale).

"Kita harus mengingat paham ideal mengenai the rule of the balance scale, di mana proteksi dan produksi harus seimbang. Proteksi di mana kita harus memastikan semua unsur keselamatan ke dalam setiap aksi korporasi, namun secara paralel, kita harus dapat menghasilkan pendapatan guna memastikan keberlangsungan bisnis," ujarnya.

Ia pun berkomentar bahwa walaupun tujuh tahun pengalamannya masih terbilang muda, namun dirinya menilai bekerja di industri penerbangan adalah sebuah pengalaman yang sangat luar biasa.

Salah satu keuntungan bekerja di bidang penerbangan adalah dapat melakukan perjalanan (traveling) yang kini sangat merebak di kalangan milenial dan bekerja di lingkungan multikultur sekaligus paparan mendunia (international exposure) di mana pun kalangan profesional aviasi bekerja.

Namun, ia pun mengakui bahwa bekerja di industri penerbangan memiliki tantangan besar, seperti biaya training yang mahal, hambatan komunikasi lantaran perbedaan kultur dan bahasa.

Oleh karena itu, Danang mengingatkan bagi generasi muda bahwa industri penerbangan adalah bisnis yang bergerak selama 24 jam sehingga komitmen dan kesigapan adalah salah satu kuncinya, karena apa pun dapat terjadi setiap saat.

Melalui pemaparannya di forum ICAO, ia juga menyampaikan tenaga profesional teknis sangat diperlukan dalam industri penerbangan, namun juga membutuhkan tenaga nonteknis atau manajerial yang mendukung perkembangan industri aviasi di dunia.

Ia lantas berbagi pengalamannya menjadi pekerja hubungan masyarakat (humas) dalam industri penerbangan yang telah digelutinya selama enam tahun sebelumnya.

Fungsi kehumasan akan terlihat saat terjadi krisis, dan Danang mengemukakan bahw seorang praktisi humas penerbangan layak memiliki berbagai pengalaman menangani manajemen komunikasi menghadapi krisis dari berbagai level, seperti kedaruratan dalam pendaratan (emergency landing), kecelakaan pesawat, sampai dengan penutupan bandara akibat bencana alam layaknya aktivitas gunung meletus yang mengakibatkan pembatalan penerbangan.

Berbagai hal itu dapat berimplikasi hukum (legal implication), sehingga perlu upaya menangkis berbagai keributan (counter of noise) karena sangat terkait dengan reputasi, kepercayaan publik, dan terkait pula dengan keselamatan jiwa yang tidak ternilai harganya (priceless).

"Walaupun kita mengetahui bahwa industri penerbangan adalah moda transportasi paling aman di seluruh dunia, namun memiliki unsur risiko yang tinggi sehingga komunikasi memegang peranan penting karena setiap aksi yang dilakukan perusahaan atau organisasi saat terjadi krisis, apabila tidak dikomunikasikan dengan baik, dapat menimbulkan dampak legal implication," ujarnya.

Ia menimpali, "Sehingga saat krisis terjadi, kita perlu memiliki strategi yang kuat dalam mengonter segala noise yang mungkin memberikan dampak bagi reputasi perusahaan. Mengapa reputasi itu penting? Karena, bisnis penerbangan adalah bisnis yang berdasarkan trust atau kepercayaan. Industri penerbangan berbeda dengan industri lainnya, seperti perbankan atau IT karena berhubungan dengan nyawa manusia, dan nyawa manusia adalah priceless dan tidak dapat tergantikan."

Berbicara mengenai masa depan industri penerbangan, ia pun menggarisbawahi bahwa saat ini industri aviasi harus berhadapan dengan generasi baru, yaitu generasi milenial, yang berada dalam fase transformasi karir yang mayoritas mulai memasuki level menengah atau manajer.

"Kita tidak dapat memungkiri bahwa kita, generasi milenial adalah generasi penerus industri aviasi. Namun, sehubungan dengan milenial yang tumbuh dalam era reformasi teknologi memungkinkan kita untuk dapat memilih jalan hidup lebih mudah termasuk memilih jalur karir," catatnya.

Pentingnya komunikasi untuk menarik minat generasi muda untuk memasuki industri aviasi adalah melalui pengkomunikasian keuntungan yang akan didapat oleh milenial, tidak hanya melalui materi tapi pengalaman perjalanan yang saat ini sedang marak menjadi kecenderungan di kalangan milenial.

Dalam pemaparan di ICAO, Danang juga menawarkan solusi yang mungkin dapat diperhatikan oleh pemangku kepentingan bidang penerbangan dalam menarik minat generasi muda, diantarannya mengoptimalisasi penggunaan teknologi layaknya media sosial (medsos) atau aplikasi berteknologi informasi (Information Technology/IT) yang memudahkan proses perekrutan karyawan dan memberikan kemudahan informasi kepada generasi muda yang mungkin sebelumnya belum mengenal lebih dekat industri ini.

Selain itu, ia menilai, bekerja sama dengan pemangku kepentingan non-aviasi, seperti perbankan atau institusi keuangan dalam melakukan sistem pembiayaan terhadap calon generasi muda jasa penerbangan yang berpotensi, namun terkendala masalah keuangan, atau pemerintah mungkin dapat mendukung kebijakan regulasi yang akan menguntungkan sehingga kegiatan di bidang aviasi lebih terjangkau.

Danang pun mengajak para profesional muda industri aviasi untuk terus berkarya dalam memajukkan industri yang memberikan dampak positif bagi perekonomian dunia.

Apa pun yang dikerjakan di aviasi, baginya tetaplah memiliki peranan penting dalam menjaga keberlangsungan industri ini sehingga akan mendukung misi ICAO, yakni "Tidak ada negara yang tertinggal. Setiap hal mulai kecil di penerbangan, jadi mari kita tetap bekerja secara baik!" (No country left behind. Every small start matters in aviation, so let us keep the good work!)

Danang mengemukakan pula bahwa kecintaannya pada industri penerbangan sudah tumbuh sejak umur sembilan tahun lantaran terinspirasi lingkungan keluarganya. Ia termasuk generasi ketiga dalam dunia penerbang. Kakeknya salah seorang angkatan pertama Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Jawa Barat (kini Provinsi Banten) 1950an, dan ayah maupun kakak sulungnya hingga kini tercatat aktif sebagai penerbang.

Walaupun tidak menjadi penerbang, ia tetap memilih menggunakan keterampilannya untuk berkontribusi terhadap industri penerbangan.

Ia memulai karirnya di kantor humas (PR Agency) Weber Shandwick Jakarta , yang juga melayani maskapai Singapore Airlines selama tiga tahun. Kemudian, ia bekerja sebagai Corporate Communication Executive di maskapai AirAsia Indonesia selama 2,5 tahun, dan melanjutkan pendidikan strata dua ke Coventry University di Inggris mengambil jurusan Manajemen Transportasi Udara.

Selama mengenyam pendidikan di Inggris, ia  sering berbagi pengalaman dengan mahasiswa strata satu yang mayoritas berasal dari Eropa. Saat itulah ia banyak belajar menangani krisis dalam industri maskapai penerbangan, serta aktif dalam komunitas pelajar Indonesia yang tertarik industri penerbangan melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom bertempat di Trinity College, Oxford University, Oxford, pada 2016.

Sebelum pindah ke Montreal, Danang bekerja untuk PT Angkasa Pura Solusi (APS), anak perusahaan PT Angkasa Pura 2, sebagai Business Development Manager, mengembangkan bisnis perusahaan yang berkaitan dengan layanan kebandarudaraan yang berkaitan dengan pendapatan non-aeronautical.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017