London (ANTARA News) - Dibutuhkan upaya yang komprehensif dan strategis untuk menanggulangi terorisme sampai ke akarnya, antara lain dengan mengupayakan program rehabilitasi bagi anggota masyarakat yang pernah terpengaruh kegiatan terorisme, membangun komunikasi dan melibatkan komponen masyarakat lainnya.

Hal ini disampaikan Deputi Kerjasama Internasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Inspektur Jenderal (Pol) Hamidin, dalam Sosialisasi Pencegahan Terorisme yang diadakan di ?Doha, Qatar, demikian Minister Counsellor KBRI Doha, B. Dharmawan kepada Antara London, Senin.

Irjen Hamidin di depan komunitas diaspora Indonesia di Doha, akhir pekan mengatakan terorisme tidak bisa dikalahkan dengan membunuh, menembaki, menangkap para pendukungnya, atau merusak jaringannya, dibutuhkan upaya komprehensif, terpadu dan strategis guna menanggulangi ideologi terorisme sampai ke akarnya.

Hal yang bisa dilakukan di antaranya adalah program rehabilitasi dan membangun komunikasi dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Acara sosialisasi Pencegahan Terorisme ini digelar atas kerjasama BNPT dengan KBRI di Doha.

Dipaparkan, kebijakan BNPT yang menitikberatkan programnya pada metod "soft approach" dalam menanggulangi terorisme. Pendekatan ini lebih menekankan dialog dan silaturahmi dengan berbagai lapisan masyarakat, bahkan terhadap anggota masyarakat yang terlibat dalam jaringan radikalisme dan terorisme. Upaya seperti ini diharapkan memutus rantai kekerasan terorisme, dengan cara yang manusiawi.

Dalam sambutannya Dubes Indonesia untuk Qatar Muhammad Basri Sidehabi menyambut baik upaya BNPT dalam melakukan sosialisasi agar komunitas Indonesia berhati hati dan berupaya menghindari kegiatan yang terkait dengan terorisme dan segera melaporkan kepada pihak terkait di Qatar.

Mantan Anggota DPR ini menegaskan pentingnya peran ormas di Qatar dalam mengantisipasi agar anggotanya menjauhi hal-hal yang terkait dengan kegiatan yang diduga mengandung unsur terorisme.

"Komunitas diapora diharapkan dapat menjadi teladan bagi WNI di perantauan dan menjadi contoh kepribadian Indonesia di Qatar," ujarnya menambahkan komunitas Indonesia untuk mematuhi peraturan setempat serta membantu menjaga persatuan dan kesatuan.

Menurut pejabat KBRI Doha, Boy Dharmawan, terdapat sekitar 51 ormas di Qatar yang dipimpin Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar (Permiqa), Edwin Kurniawan. Permiqa berperan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan WNI di Qatar diperkirakan berjumlah sekitar 40 ribu.

"Sosialisasi ini juga digunakan untuk menyajikan perkembangan situasi dan kondisi sosial-politik di kawasan khususnya perkembangan politik dan keamanan akibat adanya blokade terhadap Qatar oleh negara kuartet yang dipimpin Saudi Arabia sejak Juni lalu," katanya.

KBRI menyampaikan upaya yang dilakukan KBRI Doha dalam mempersiapkan contigency plan atau langkah antisipasi sekiranya kondisi kawasan tidak kondusif.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017