Palembang (ANTARA News) - Provinsi Sumatera dalam kurun 12 tahun terakhir harus diakui kesuksesannya sebagai tuan rumah penyelenggara dalam pentas multievent olahraga, baik nasional maupun internasional.

Sukses itu berawal sebagai tuan rumah penyelenggara PON XVI 2004 dengan "menyulap" kawasan rawa Jakabaring yang berada di Seberang Ulu Kota Palembang sebagai pusat venue pertandingan berstandar internasional.

Kawasan seluas 320 hektare ini dinamai Jakabaring Sport City Palembang yang telah dilengkapi fasilitas pertandingan olahraga mulai dari Stadion Gelora Bumi Sriwijaya, wisma atlet, hingga berbagai sarana dan prasana cabang-cabang olahraga lainnya, seperti cabang menembak, aquatik, tenis lapangan, dan danau untuk venue lomba dayung.

Kawasan ini pun menjadi kawasan lingkungan hijau dan bebas polusi dengan perawatan yang maksimal. Bahkan, telah dijadikan sebagai kawasan destinasi wisata olahraga Sumsel.

Pada saat tuan rumah penyelenggara PON XVI 2004 diiringi dengan prestasi terbaik atlet-atlet Sumsel. Posisi kontingen Sumsel waktu itu berada pada peringkat ke-5 besar dengan perolehan 30 medali emas, 41 perak, dan 40 perunggu.

Namun, setelah itu prestasi kontingen PON Sumsel menurun drastis, bahkan terus melorot. Pada PON XVII di Kalimantan Timur pada tahun 2008 berada di urutan ke-14 dengan perolehan 12 medali emas, 11 perak, dan 17 perunggu.

Pada PON XVIII di Riau 2012, Sumsel berada di posisi ke-13 dengan mengantongi 10 medali emas, 14 perak, dan 29 perunggu atau total 53 medali.

Pada PON XIX di Jawa Barat 2016, Kontingen Sumsel dengan kekuatan 224 atlet yang mengikuti 29 cabang olahraga juga gagal masuk 10 besar karena hanya meraih 6 medali emas, 11 perak, dan 14 perunggu, total perolehan 31 medali.

Kegagalan demi kegagalan prestasi atlet "Bumi Sriwijaya" ini sebenarnya justru tidak sebanding lurus dengan kesuksesan daerah ini sebagai tuan rumah penyelenggara berbagai kejuaraan internasional. Pemerintah daerah dan KONI Sumsel sepertinya lebih fokus sebagai tuan rumah penyelenggara multievent olahraga daripada melakukan pembinaan atlet.

Puncak suksesnya Sumatera Selatan pada tahun 2011 sebagai tuan rumah bersama DKI adalah menyelenggarakan SEA Games XXVI, disusul tuan rumah kegiatan olahraga negara-negara Islam atau Islamic Solidarity Games (ISG) 2013.

Sejak itu perhelatan kejuaraan-kejuaraan internasional di Sumsel terus berlangsung, seperti POM ASEAN, kejuaraan dunia bulu tangkis, kejuaraan voli pantai Asia Pasifik, Triathlon, Musi Triboatton, dan sebagainya.

Bahkan, Gubernur Sumsel Alex Noerdin yang juga Ketua Umum KONI Sumsel mengatakan bahwa daerah ini sudah lebih dari 30 kali menjadi tuan rumah penyelenggara kejuaraan olahraga internasional.

Kini, Sumsel bersama DKI Jakarta juga tengah habis-habisan mempersiapkan sebagai tuan rumah Asian Games XVIII yang dijadwalkan pada tanggal 18 Agustus 2018.

Pembenahan menjelang Asian Games 2018 terus dibenahi, seperti venue-venue pertandingan dan lomba di kawasan Jakabaring Sport City serta infrastruktur transportasi, seperti pembangunan jalur kereta ringan (LRT) sepanjang 23 km dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

Selain itu, tol Palembang-Inderalaya (Palindra) sepajang 22 km yang telah selesai dan diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada bulan Oktober 2017.

Terkait dengan masalah tersebut Ketua Umum Pengurus Provinsi Federasi Hockey Indonesia (Pengprov FHI) Sumatera Selatan H. Eddy Rianto mengakui bahwa pola pembinaan atlet di Sumsel, khususnya hoki, selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan KONI setempat.

Padahal, infrastruktur olahraga bertaraf internasional di Sumsel, yaitu kawasan olahraga Jakabaring Palembang cukup baik, apalagi daerah ini akan menjadi tuan rumah pendamping penyelenggara Asian Games 2018. Kawasan itu kini terus dibenahi, katanya.

"Sayang kita memiliki infrasruktur olahraga bertaraf internasional, tetapi pola pembinaan atlet yang dilakukan pemerintah daerah dan KONI sangat minim. Dengan kelengkapan infrastruktur pendukung itu, seharusnya sejalan dengan pembinaan atlet," ujarnya.

Menurut dia, tidak baik juga kalau Sumsel ini hanya sebatas penyelenggara atau tuan rumah berbagai event nasional dan internasional tanpa melakukan pembinaan atlet.

Dampaknya, sejumlah atlet asal Sumsel, seperti atlet hoki pada PON XIX 2016 di Jawa Barat terpaksa memperkuat kontingen Papua karena kurang mendapat perhatian di Sumsel.

"Ini sebuah contoh konkret, saya tidak tahu apakah ada atlet Sumsel lainnya juga hijrah ke luar daerah," katanya.

Oleh karena itu, Eddy meminta pengurus PHI Sumsel agar bahu-membahu dan saling mendukung untuk menghidupkan FHI dan program pembinaan atlet supaya prestasinya masa mendatang bisa lebih baik dari sebelumnya.

Eddy yang juga anggota DPRD Provinsi Sumsel itu mengatakan bahwa Pengprov FHI Sumatera Selatan akan menghidupkan kembali kegiatan cabang olahraga ini di sekolah-sekolah menengah atas serta perguruan tinggi sejalan dengan upaya pembinaan prestasi atlet dalam program jangka pendek, menengah, dan panjang.

Pembinaan atlet dengan membentuk klub-klub hoki di sekolah dan kampus perguruan tinggi ini segera mulai guna mencari bibit atlet potensial, selain meningkatkan pembinaan atlet yang sudah ada sekarang ini, katanya.

INASGOC Mengingatkan
Sejalan dengan itu, Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) juga mengingatkan tuan rumah Sumatera Selatan untuk memenuhi standardisasi pertandingan karena level event yang akan digelar ini lebih tinggi dibandingkan SEA Games.

Wakil Ketua Deputi I Djoko Pramono di Palembang, Sabtu, mengatakan bahwa dirinya tidak menyangkal bahwa Sumsel telah berpengalaman sebagai tuan rumah SEA Games XXVI. Namun, ajang Asian Games ini sungguh berbeda karena sangat berkelas dan berstandar tinggi.

Prestisenya luar biasa karena ini ajang multievent. Negara-negara kuat di Asia akan berjuang untuk menjaga eksistensinya. Sumsel sepatutnya juga harus meningkatkan kemampuannya sebagai penyelenggara, kata Djoko dalam acara Gala Dinner peserta Piala Pertiwi yang menjadi ajang tes event.

Oleh karena itu, kesempatan menggelar tes event dari cabang olahraga yang dipertandingkan harus benar-benar dimanfaatkan sebagai kesempatan uji coba.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Musni Wijaya mengatakan bahwa Sumsel yang dipercaya menggelar pertandingan Asian Games cabang olahraga sepak bola wanita mengagendakan tes event Piala Pertiwi di Palembang, 3 s.d. 13 Desember 2017.

Sebanyak 12 provinsi ambil bagian, yakni Kalbar, Jambi, Jabar, Sumsel, D.I. Yogyakarta, Bengkulu, Papua, Bali, Banten, Babel, Jawa Tengah, dan Sulsel.

Rencananya akan dipakai dua stadion sekaligus, yakni Stadion Gelora Bumi Sriwijaya dan Stadion Atletik. Namun, pihaknya tidak bisa menyelenggarakan di tempat pertandingan aslinya karena Stadion Jakabaring sedang renovasi.

Asian Games XVIII 2018 akan digelar di dua tempat, yakni Jakarta dan Palembang. Khusus di Palembang, akan mempertandingkan cabang olahraga sepak bola, basket, tenis/soft-tenis, voli, kano/kayak, dayung, menembak, triathlon, sepak takraw, panjat tebing, dan boling.

Sejauh ini Sumsel sudah menjalankan tes event thriathlon, tenis lapangan, voli pantai, sepak takraw dan dayung. Dalam waktu dekat, akan digelar juga tes event sepak bola.

Pewarta: Indra Gultom
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017