Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan, kinerja industri mainan memberikan kontribusi cukup signifikan bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. 


Terlebih, industri mainan tergolong sektor padat karya yang berorientasi ekspor.


“Kami sampaikan bahwa ekspor komoditi mainan sampai dengan bulan September tahun 2017 ini mencapai 228,39 juta dolar AS atau naik sebesar 8,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (YoY) sebesar 209,59 juta dolar AS,” kata Airlangga di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin.

Airlangga menyampaikan hal itu pada perayaan 25 tahun PT Mattel Indonesia di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang.

 Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja di sektor industri mainan sebanyak 23.116 orang dengan nilai investasi pada tahun 2016 sebesar 14,76 juta dolar AS dan sampai triwulan III tahun 2017 telah mencapai 9,52 juta dolar AS.


“Aktivitas industri yang konsisten membawa dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Multiplier effects tersebut antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” sebut Airlangga.

Airlangga mengungkapkan, pihaknya tengah mengusulkan suatu skema insentif baru bagi industri nasional agar kinerjanya semakin produktif dan berdaya saing di tingkat global. 

Salah satunya untuk industri padat karya berorientasi ekspor, yang akan diberikan fasilitas berupa pengurangan pajak melalui penghitungan berbasis kepada jumlah penyerapan tenaga kerjanya.

"Misalnya, mereka mempekerjakan sebanyak 1.000, 3.000 atau di atas 5.000 tenaga kerja. Itu kami akan berikan scheme tax allowance tersendiri. Ini yang sedang kami bahas dengan Kementerian Keuangan," ungkapnya.


Dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional, Menteri Airangga pun menegaskan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja sektor manufaktur melalui berbagai langkah strategis. 

Di antaranya adalah menerbitkan sejumlah paket kebijakan ekonomi, melakukan deregulasi, serta memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang dirasa menghambat.


“Seluruh upaya tersebut diharapkan mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memudahkan para pelaku industri berusaha di Indonesia,” imbuhnya.


Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pemerintah juga berupaya melindungi produk dan pasar dalam negeri serta menghindari gempuran produk impor yang tidak berkualitas melalui Standar Nasional Indonesia (SNI).


Menurut Sigit, penerapan SNI mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Selain itu, memberikan jaminan terhadap produk yang masuk ke pasar domestik merupakan yang berkualitas dan aman bagi konsumen serta menembus pasar ekspor.  

“Standar produk merupakan technical barrier yang dapat diterima oleh seluruh negara, karena memberikan efek positif, antara lain menjamin keamanan, keselamatan dan kualitas produk,” terangnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017