London (ANTARA News) - Panampilan Tari Topeng Losari dari Cirebon yang dibawakan penari Nur Anani M. Irman, yang dikenal Nani, Topeng Losari tampil memukau sekitar 400 penonton yang memenuhi gedung teater ASIEM, Association Immobili?re et de l`cole Militaire, Paris, akhir pekan.

Atase Pendidikan KBRI Paris Surya Rosa Putra kepada Antara London, Selasa mengatakan kehadiran grup tari topeng asal Cirebon
ini adalah dalam rangka Festival Europalia Indonesia yang diresmikan Wapres Jusuf Kalla di Brusel pada bulan Oktober lalu.

Selain tampil di acara pembukaan Festival Europalia Indonesia di Brusel, Nani Topeng Cirebon mengadakan serangkaian pertunjukan di beberapa kota di Eropa seperti Liege dan Brussel, Belgia serta Chalons-en Champagne, Prancis.

Menurut Surya Rosa Putra, penampilan Nani di Paris sebenarnya di luar program Europalia. Nani Topeng Losari khusus diundang KBRI Paris dalam rangka memperkenalkan keragaman budaya Indonesia kepada masyarakat Paris dan memberikan workshop singkat tari topeng kepada seniman tari di Paris, ujarnya.

Pada pementasan di gedung kesenian ASIEM, Paris, diawali dengan Tari Panji Sutrawinangun atau Tari Pamindo yang menggambarkan tokoh Raden Panji yang lembut, jujur, lungguh dan kharismatik dan dibawakan penari berkedok topeng wanita.

Menyusul tari Patih Jayabadra yang menggambarkan karakter setengah ponggawa dari tokoh wayang Patih Jayabadra. Nani sendiri tampil dengan tarian Klana Bandopati berkarakter kuat, gagah dan kasar.

Tarian ini menggambarkan tokoh Raja Klana Bandopati, dari cerita Jaka Buntek, yang penuh angkara murka dan sombong. Karena itu, topeng yang digunakan berwarna merah bergambar wajah raksasa dengan mata melotot.

Sebagai dalang Topeng Losari, Nani menari dengan mata tertutup dan tidak memperdulikan jumlah penonton yang menyaksikan, sebab menari Topeng Losari? lebih ditujukan untuk? berdoa untuk Tuhan, Tubuh dan Bumi. Setiap gerakan Nani, berpusat pada kotak topeng dan Nayaga yang dijadikan sebagai pusat atau patokan energi.

Tari Topeng gaya Losari, Cirebon, diciptakan Panembahan Losari atau Pangeran Losari atau Pangeran Angkawijaya sekitar 400 tahun lalu. Pada awalnya tarian ini diciptakan untuk menyebarkan agama Islam dengan mengedepankan penokohan dari cerita Panji.

Saat ini yang menarikan Tari Topeng Losari adalah Nur Anani M Irman atau sering dipanggil Nani Topeng Losari, generasi ke tujuh trah langsung penari topeng Losari atau disebut juga Dalang Topeng Losari. Nani Topeng Losari adalah cucu dari Maestro, Dewi Sawitri (Dalang Topeng Tari Losari yang merupakan generasi ke enam dari trah topeng Losari).

Menurut Nani, sejauh ini, setiap penampilan di Europalia selalu dipenuhi penonton. Dia merasa bersyukur kesenian Topeng Losari yang tradisional diapresiasi oleh masyarakat Eropa.

Para penonton yang sebagian besar warga Prancis yang memadati gedung ASIEM terkesima sepanjang pertunjukan yang dibawakan. Tepuk tangan di akhir pertunjukan tidak pernah berhenti, bahkan sampai sesi pengambilan foto. Mereka mengira, Nani kembali memainkan satu atau dua nomor lagi, seperti yang lazim terjadi di pertunjukan Prancis (tepuk tangan panjang berarti memohon satu penampilan ekstra).

Dua penggiat seni Prancis, Lo'c Ah-Son dari Museum Guimet Paris dan Jean-Herv Vidal dari Asosiasi Les Orientales yang mengorganisir festival musik dan seni dunia, Nantes, berharap Nani Topeng Losari bisa tampil kembali tahun 2018 dalam kegiatan mereka.

Pertunjukan Topeng Losari juga disandingkan dengan penampilan cuplikan drama tari Wuyung Amberung yang diselenggarakan KBRI. Drama kreasi Wahyu Santoso ini dibawakan penari keraton Mangkunegaran Dewi Galuh Sintosari dan penari ISI Surakarta, Irwan Dhamasto.

Sementara Workshop Topeng Losari dipandu Nani diberikan kepada belasan penari Indonesia yang ada di Paris, termasuk warga Prancis. Semua peserta mengikuti workshop dengan antusias, namun mengaku belum puas.

Nani mengaku terharu dengan sambutan peserta yang mengapresiasi dengan kemampuan mereka dalam menyerap ilmu tari topeng losari dengan cepat. Nani berharap mendapat kesempatan kembali bertemu dengan pengemarnya di Paris.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017