Sanaa (ANTARA News) - Pesawat-pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi menyerang ibu kota Yaman yang dikuasai pemberontak sebelum fajar Selasa menurut warga, setelah pemberontak menewaskan mantan presiden Ali Abdullah Saleh saat dia hendak melarikan diri dari kota itu menyusul runtuhnya koalisi mereka.

Pemberontak Houthi bergerak cepat untuk mengonsolidasikan kendali mereka atas Sanaa setelah bentrokan mematikan selama hampir sepekan dengan loyalis Saleh.

Presiden Abedrabbo Mansour Hadi yang diasingkan menyeru rakyat Yaman bersatu melawan pemberontak yang didukung Iran.

Sedikitnya tujuh serangan menghantam istana kepresidenan di kawasan perumahan padat penduduk di jantung kota Sanaa menurut para saksi mata. Belum ada kabar mengenai korban jiwa akibat serangan itu.

Jalan-jalan dikosongkan sebelum gelap pada Senin, saat pesawat koalisi menukik rendah di atas kota itu.

Terjadi beberapa bentrokan kecil antara pemberontak Houthi dan pendukung Saleh di distrik selatan yang setia kepada mantan presiden tersebut.

Tapi tidak ada pengulangan pertempuran yang mengguncang Ibu Kota lima malam sebelumnya, kata warga.

Saleh, yang memerintah Yaman selama tiga dekade, bersekutu dengan pemberontak Houthi pada 2014 ketika mereka menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota.

Namun, aliansi tersebut runtuh pekan lalu, dengan puluhan orang dilaporkan tewas dalam sejumlah bentrokan saat mantan presiden itu menjangkau koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi sejak September 2015.

Houthi mengumumkan kematian Saleh dalam saluran televisi Al-Masirah, mendeklarasikan "akhir krisis milisi" -- merujuk pada pendukung bersenjatanya yang sering ditawari amnesti oleh pemerintah.

Perang Yaman sudah menewaskan ribuan orang sejak meletus tahun 2015, memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan meningkatkan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran, demikian menurut siaran kantor berita AFP. (mr)


Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017