Yogykarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menginginkan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya didukung teknologi paling cerdas dengan memprioritaskan penggunaan komponen-komponen dalam negeri.

"Cerdas itu handal, teknologinya relatif murah, dan sebanyak mungkin menggunakan komponen dalam negeri," kata Budi Karya seusai pembukaan acara Seminar Peningkatan Kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta-Surabaya di Gedung Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis.

Untuk mendapatkan konsep desain yang ideal serta gambaran teknologi cerdas itu, menurut Budi, hingga saat ini Kemenhub masih menghimpun berbagai masukan dari para ahli.

"Proyek ini adalah proyek besar. Sampai sekarang masih dalam proses sosialisasi dan proses mendapatkan masukan-masukan," kata dia.

Menurut Budi, dengan desain yang ideal serta didukung dengan teknologi yang cerdas diharapkan mampu mengubah waktu tempuh kereta Jakarta-Surabaya yang sebelumnya memiliki waktu tempuh 9 jam menjadi 5-5,5 jam dengan kecepatan 160 km per jam.

Dengan waktu tempuh tersebut, kata dia, relatif mampu berkompetisi dengan waktu tempuh pesawat terbang Jakarta-Surabaya. "Sehingga transportasi udara (pesawat) memiliki teman yang namanya kereta cepat," kata dia.

Budi menegaskan mega proyek tersebut akan tetap menggunakan rel atau jalur kereta eksisting yang selama ini dilalui seperti Brebes, Tegal, Pekalongan, Semarang. Alasannya, selain murah, jalur eksisting itu telah membentuk simpul-simpul ekonomi di masing-masing kota. "Kalau kita ubah maka kita meninggalkan masyarakat yang sudah memiliki ketergantungan itu," kata dia.

Budi menargetkan proyek kereta cepat itu bisa selesai pada 2020 secara bertahap. Meski demikian, pihaknya harus terlebih dahulu menyelesaikan penutupan 800-900 perlintasan sebidang serta titik rawan kecelakaan yang dinilai mengganggu perlintasan kereta cepat. "Penyelesaiannya bertahap bisa saja Jakarta-Semarang dulu.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017