Batam (ANTARA News) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank membidik penyaluran pembiayaan ekspor mencapai Rp 105,1 triliun atau bertumbuh 20 persen pada tahun ini dibandingkan 2016.

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly kepada pers di Batam, Kamis mengatakan pertumbuhan pembiayaan tersebut didorong membaiknya kinerja ekspor nasional yang pada Oktober 2017 tumbuh 17 persen, dan juga terus meningkatnya portofolio perusahaan untuk pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Kami perkirakan ke depan ekspor akan terus tumbuh didorong harga komoditi yang sudah membaik," ujarnya dalam acara pelatihan media.

Hingga kuartal III 2017, total pembiayaan yang dikucurkan Eximbank sebesar Rp 90 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 persennya telah disalurkan kepada eksportir bidang UKM. Dari total pembiayaan tersebut, Eximbank mengumpulkan aset sebesar Rp108 triliun.

Terkait pembiayaan UMKM, Sinthya berjanji akan menggenjot penyaluran pembiayaan ke segmen UKM berorientasi ekspor atau UKME. Salah satu upanya dengan mengoptimalkan produk jasa konsultasi yang dimiliki.

Untuk 2018, Eximbank menargetkan pembiayaan ekspor tetap berada pada tren di atas 10 persen. Khusus untuk UMKM, porsinya terhadap total pembiayaan ditargetkan dapat meningkat hingga 20 persen. Namun, prognosa akhir untuk rencana 2018 masih digodok bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Tergantung Kemenkeu mau tumbuhnya agresif atau tumbuhnya di sekitar 10 persen. Jadi ini tergantung nanti," kata dia.

Jika menggunakan asumsi target pertumbuhan pembiayaan 10 persen, Sinthya optimistis hal itu dapat tercapai. Selain faktor perbaikan harga komoditas, dan ekspansifnya kegiatan usaha domestik, likuiditas Eximbank juga diklaim membaik.

Eximbank masih akan mengandalkan pendanaan 2018 dari pinjaman dan obligasi. Sayangnya, Sinthya masih enggan mengungkapkan berapa pinjaman yang akan ditarik dan obligasi yang akan diterbitkan untuk mendukung pendanaan 2018.

"Biasanya komposisinya 50 persen. Tergantung kebutuhan. Namun tidak bisa dipastikan harus 50 persen berbanding 50 persen, sesuai dengan kebutuhan dan tren harga di pasar, dan juga kecepatan waktunya kapan dia jatuh tempo," ujar dia.


Catatan editor: perbaikan pada angka pembiayaan eskpor menjadi Rp105,1 triliun dari sebelumnya tertulis Rp110 triliun.


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017