London (ANTARA News) - Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan Pinisi, seni pembuatan perahu di Sulawesi Selatan (Art of boatbuilding in South Sulawesi) sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO melalui Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage-ICH) UNESCO di Pulau Jeju, Korea Selatan, Kamis.

Banyak peserta sidang dari berbagai negara yang merasa kagum dengan pembuatan kapal Pinisi dan menyampaikan selamat kepada delegasi Indonesia, demikian Duta Besar/Deputi Wakil Tetap RI untuk UNESCO, T. A. Fauzi Soelaiman kepada Antara London, dari Pulau Juju dalam pesannya Jumat.

Dikatakannya Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO mengadakan sidang yang berlangsung dari tanggal 4 hingga 9 Desember 2017 di Pulau Jeju, Korea Selatan, yang juga dihadiri Dubes LBBP Prancis, Monaco dan Andora/Wakil Tetap RI di UNESCO, Hotmangaradja Pandjaitan; Kasi Pengusulan Warisan Budaya Takbenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hartanti Maya Krishna; Wakil Bupati Kabupaten Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, beserta tim delegasi Indonesia lainnya.

Menurut Fauzi Soelaiman, proses pengajuan ini sangat menegangkan, maklum pada tahun 2013 dan 2014, Tenun Sumba dan TMII Indonesia pernah ditolak. "Untuk itu, diusahakan semaksimal mungkin hal ini tidak terjadi untuk Pinisi, dan Alhamdulillah berhasil," ujarnya.

Dikatakannya pada saat Sidang dimana nominasi Pinisi ini dibicarakan, Delegasi Indonesia sudah menyiapkan jawaban dari Badan Penilai (Evaluation Body) ICH atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Jawaban ini sebelumnya disampaikan ke para delegasi negara-negara anggota Komite ICH di Paris sekitar 2 minggu sebelum Sidang. Dengan demikian, mereka paham atas jawaban Indonesia tersebut dan berkenan untuk memberikan bantuan agar nominasi Pinisi ini dapat diterima saat Sidang. "Kami juga melakukan pendekatan kepada para anggota Komite ICH saat Sidang ICH berlangsung di Jeju. Korea Selatan," ujarnya.

Pada saat nominasi Pinisi dibahas, delegasi RI memperlihatkan buku-buku Warisan Budaya Takbenda yang dicetak Kemdikbud setiap tahun sejak 2013. Dengan ?demikian terlihat keseriusan Indonesia dalam menangani Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Sebuah miniatur kapal Pinisi diletakkan di meja, dan video pembuatan Pinisi berdurasi dua menit juga ditayangkan saat Sidang berlangsung.

Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, hadir dalam Sidang dan memberikan sambutan sambil memakai sarung dan topi adat. Kesiapan Indonesia dalam mempertahankan Pinisi ini terlihat sangat serius oleh para peserta Sidang.?

Setelah ditetapkan, banyak negara-negara sahabat Indonesia yang menyalami Indonesia. Ada yang merasa senang melihat bagaimana Pinisi dicatatkan di ICH setelah melihat dokumen dan video yang ditayangkan. Ada juga yang terharu karena pada waktu kecil orang tersebut berada di Sulawesi Selatan dan melihat langsung kapal-kapal Pinisi dibuat. Kebanyakan mereka menyelamati kami atas kesiapan kami yang cukup matang.

"Agak kewalahan juga kami menerima ucapan selamat dari negara-negara sahabat yang mengerubungi meja Indonesia setelah keputusan tercatatnya Pinisi dibacakan," ujarnya.

Pada saat sesi pagi selesai, Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, mempersembahkan miniatur Pinisi kepada Chairman Sidang, Sekretaris ICH, Chairperson Evaluation Body, Direktur Kreativitas UNESCO dan pimpinan lainnya. Pin berbentuk Pinisi juga diberikan kepada para anggota Komite ICH sebagai tanda terima kasih atas bantuan mereka sehingga Pinisi dapat tercatat di ICH.

"Saya sendiri merasa plong atas tercatatnya Pinisi di ICH pada tahun ini. Jika tertunda atau ditolak, maka nominasi Indonesia berikutnya juga akan tertunda," ujarnya menambahkan, padahal Pantun dan Pencak Silat sudah menunggu untuk didaftarkan di tahun depan dan tahun depannya lagi, demikian Fauzi Soelaiman.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017