Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar Satya Widya Yudha yang turut serta dalam kunjungan tersebut dalam rilisnya di Jakarta, Jumat mengatakan poin penting yang bisa dipelajari dari kunjungan ke laboratorium Negara Paman Sam tersebut antara lain bagaimana strategi pengelolaan energi Amerika yang berkelanjutan disiapkan secara matang dan bagaimana pengembangan berbagai teknologi EBT (energi baru terbarukan) khususnya panas bumi (geothermal).
Selain itu, lanjutnya, juga diketahui bagaimana pemetaan karakteristik dari cadangan "geothermal" di masing-masing lokasi berdasarkan HEAT, PERM dan SEAL secara menyeluruh di AS, dengan demikian diketahui secara akurat energi di lapangan yang bisa dikembangkan secara komersial dengan menyediakan teknologi yang cocok.
"Di negara maju seperti AS, semua strategi kebijakan energi disiapkan secara visioner. Salah satunya melalui Laboratorium Lawrence Barkeley yang dikelola oleh Universitas California Berkeley ini. Bahkan, kami tahu adanya keberpihakan Negara Bagian California yang sangat properubahan iklim, padahal bertentangan dengan kebijakan Presiden Donald Trump. Ini posisi yang patut diapresiasi," ungkap Satya.
Turut serta dalam kunjungan ke Lawrence Berkeley Laboratory antara lain Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ali Mundakir serta perwakilan Kementerian ESDM dan KLHK RI.
Satya Yudha menambahkan dirinya mendambakan dalam waktu dekat bisa mendorong terbentuknya center of excellent khususnya bidang geothermal di Indonesia.
Menurut dia, pusat riset unggulan geothermal nasional tersebut nantinya bisa bekerja sama dengan pusat-pusat riset panas bumi dunia.
"Alangkah hebatnya Indonesia jika bisa memiliki center of excellent, sehingga potensi geothermal yang kita miliki bisa dioptimalkan sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional ke depan," katanya.
Sementara, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber energi panas bumi terbesar di dunia.
Namun sayangnya, hingga saat ini pemanfaatan energi geothermal yang ramah lingkungan di Indonesia tersebut belum dioptimalkan sebagai energi masa depan.
Menurut politisi Partai Demokrat tersebut, jika Indonesia tidak memulai dari sekarang dengan menyiapkan energi alternatif, maka anak cucu tidak akan memiliki energi yang cukup untuk kehidupannya di masa depan.
"Kita punya cukup besar potensi geothermal, tapi kenapa tidak berkembang. Ini harus menjadi komitmen seluruh stakeholder dan political will bersama untuk mengembangan energi baru dan terbarukan, termasuk energi geothermal," papar Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang itu usai bertemu Prof Mark C Thurber, Guru Besar dan Associate Director Program On Energy And Sustainable Development, Universitas Stanford, San Francisco, Amerika Serikat.
Dalam kunjungan muhibah DPR ke Amerika Serikat selama sepekan (4-8 Desember 2017) tersebut, turut pula Anggota Dewan lainnya yakni Ramson Siagian (Komisi VII/F-Gerindra), Nurdin Tampubolon (Komisi I/F-Hanura), dan Yandri Susanto (Komisi III/F-PAN).
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017