Jakarta (ANTARA News) - Tidak banyak kata yang keluar dari Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Danny Kosasih ketika ditanyakan mengenai target bola basket di Asian Games 2018 yang dimulai pertengahan Agustus 2018 di Indonesia.

"Kita realistis sajalah," ujar Danny. Singkat, padat, jelas.

Bukan tanpa alasan dia mengatakan demikian. Sejak cabang olahraga ini dipertandingkan pertama kali di Asian Games 1951, Indonesia sama sekali tidak pernah meraih medali.

Indonesia berpartisipasi bola basket di Asian Games saja baru tiga kali yakni tahun 1954, 1958 dan 1962. Prestasi terbaik kita pun hanya peringkat lima.

Itu baru kisah tim nasional bola basket putra. Lantas, bagaimana dengan timnas putri?

Jawabannya lebih miris lagi karena timnas bola basket putri Indonesia belum pernah ikut di Asian Games, jadi edisi tahun 2018 nanti adalah yang pertama. Bola basket putri baru dipertandingkan di Asian Games tahun 1974 di Iran.

Belum cukup? Mari lihat peringkat Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) terkini, sampai 28 November 2017, di mana timnas putra Indonesia berada di posisi 108 dari 149 negara atau terbaik ke-21 di Asia.

Bahkan Malaysia dan Singapura bertengger di peringkat lebih baik dari kita yaitu masing-masing di 101 dan 102.

Sementara timnas putri nangkring di posisi 58 dari 79 negara atau terbaik ke-18 di Asia.

Kemudian, tilik lagi fakta bahwa tim nasional Indonesia bahkan masih kesulitan bersaing di level Asia Tenggara. Timnas putra sulit lepas dari bayang-bayang Filipina, adapun timnas putri terkendala bersaing dengan Malaysia juga Thailand.

Di SEA Games, misalnya, medali perak masih menjadi prestasi tertinggi timnas putra yang direbut pada penyelenggaraan tahun 2001, 2007, 2015 dan 2017.

Di timnas putri, pencapaian terbaik juga medali perak yang diperoleh di SEA Games tahun 1991 dan 2015. Melihat kondisi di atas, apakah cabang olahraga bola basket menyerah begitu saja di Asian Games nanti?

Berjuang
Walau mengaku sangat realistis dengan peluang di Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia, Perbasi tetap berjuang dan tidak mau kalah sebelum bertanding.

Organisasi yang berdiri pada 23 Oktober 1951 ini tidak mau tampil memalukan di depan publik sendiri dan berhasrat menunjukkan semangat juang di depan khalayak Indonesia.

Demi itu, langkah pertama yang dilakukan yaitu menunjuk pelatih baru timnas putra dan putri yang akan bertugas hingga SEA Games 2019 di Filipina.

Badan Tim Nasional (BTN) Perbasi menetapkan Andiko Ardi Purnomo sebagai manajer timnas putra menggantikan Suhadi. Setelah itu, ditunjuklah Fictor Roring sebagai pelatih timnas putra menggeser posisi Wahyu Widayat Jati.

Fictor Roring bukanlah nama asing di timnas bola basket putra. Pria yang disapa Ito ini adalah pemain timnas kala mendapatkan medali perak SEA Games untuk pertama kalinya pada tahun 2001 di Malaysia.

Sementara ketika timnas mendapatkan perak di SEA Games 2007, Thailand dan SEA Games 2015, Singapura, Ito berperan sebagai pelatih kepala.

Janji pun terucap dari Ito setelah menjadi pelatih. Meski peluang meraup medali di Asian Games 2018 sangat kecil, Ito menegaskan timnas akan tampil habis-habisan dan berusaha agar tidak tersingkir terlalu cepat.

"Tim-tim yang bermain di Asian Games itu levelnya satu-dua level di atas kita. Namun sebagai tuan rumah kami tentu tidak mau tampil memalukan. Saya pribadi ingin, misalnya ada 16-18 tim di Asian Games nanti, Indonesia bisa melalu ke babak selanjutnya," tutur dia.

Di timnas putri, Perbasi menetapkan Wahyu Gunarto (Njoo Lie Wen) sebagai manajer. Njoo Lie Wen sendiri merupakan manajer timnas putri kala meraih perunggu SEA Games ke-29 di Malaysia, 2017.

Untuk pelatih timnas putri, Perbasi belum memberikan pengumuman resmi. Yang pasti, seperti disebutkan Danny Kosasih, ada dua nama untuk posisi tersebut yakni Bambang Asdianto Pribadi dan Arif Gunarto (Njoo Lie Fan) yang bekerja sebagai asisten pelatih di timnas putri SEA Games tahun 2017.

Nantinya, salah satu dari dua nama itu akan didaulat sebagai pelatih timnas U-18 putri yang akan berlaga di Kejuaraan Bola Basket Asia U-18 tahun 2018.

Para pelatih timnas nantinya akan bahu membahu memberikan yang terbaik untuk bangsa walau, seperti disebutkan Ketua BTN Perbasi Syailendra Bakrie, tidak ada target prestasi apapun untuk timnas.

Pemain
Mengingat Asian Games 2018 yang tinggal hitungan bulan, Perbasi mau segera menemukan para pemain untuk diseleksi agar kerangka tim nasional terbentuk.

Beberapa ajang bola basket nasional seperti kompetisi pramusim Perbasi Cup 2017, Liga Bola Basket Seluruh Indonesia (IBL) 2017-2018 dan kompetisi bola basket putri nasional Srikandi Cup 2017-2018 menjadi tempat pengamatan pemain.

Perbasi sendiri menjadwalkan pemusatan latihan (TC) timnas dilakukan setelah IBL dan Srikandi Cup usai atau sekitar bulan April 2017.

Selain itu, Perbasi juga berencana menaturalisasi pemain berposisi center dari luar negeri untuk memperkuat timnas bola basket Indonesia di Asian Games dan nantinya di SEA Games 2019.

Untuk timnas putra, Perbasi berencana menaturalisasi pemain dari Amerika Serikat sementara untuk timnas putri dari China.

Rencana itu disambut baik oleh pelatih tim nasional bola basket putra Fictor "Ito" Roring. Dia menyebut timnas sangat membutuhkan seorang center naturalisasi asal Amerika Serikat agar bisa bersaing di level Asia.

Tim-tim kuat Asia seperti Irak dan Korea Selatan itu juga pakai pemain naturalisasi, ujar Ito.

Ito sendiri memiliki beberapa kriteria "big man" yang diinginkannya seperti pertama, harus berusia di bawah 30 tahun.

Kemudian, center tersebut harus memiliki tinggi badan minimal 2,05 meter dan berkemampuan mengolah bola dengan baik.

Terakhir, pemain tersebut harus benar-benar menunjukkan keinginannya menjadi warga negara Indonesia. Hal ini dianggap penting karena Indonesia menganut aturan kewarganegaraan tunggal.

Naturalisasi pebola basket khususnya asal Amerika Serikat, yang dianggap gudangnya pebola basket berbakat, untuk timnas putra khususnya di sektor "big man" yang bisa bermain sebagai center atau power forward, bukanlah sesuatu yang jarang dilakukan.

Di Eropa, ada nama center-power forward Anthony Randolph dari Amerika Serikat yang dinaturalisasi oleh timnas putra Slovenia.

Di benua Asia, juga ada beberapa negara yang melakukan naturalisasi big man AS seperti Irak menaturalisasi Kevin Galloway, Jepang yang menaturalisasi Ira Brown, Taiwan menaturalisasi Quincy Davis dan Korea Selatan menaturalisasi Ricardo Ratliffe.

Timnas putra Indonesia sendiri sejatinya memiliki dua nama pemain naturalisasi asal Amerika Serikat yang sempat dipanggil tim nasional Indonesia, yaitu Jamarr Andre Johnson dan Anthony Ray Hargrove Jr.

Akan tetapi, kedua nama ini tidak masuk dalam tim inti timnas ke SEA Games XXIX 2017, Malaysia, karena dianggap kalah bersaing dengan pemain lain.

Selain itu, Indonesia juga punya seorang pemain naturalisasi lain, yaitu Ebrahim "Biboy" Enguio-Lopez asal Filipima. Namun, Biboy bukan bertipe "big man" dan lebih sering mengisi posisi guard.

Namun, di sektor timnas putri, khususnya di kawasan Asia Tenggara hampir tidak pernah terdengar ada pemain naturalisasi.

Filipina pernah mencoba untuk menaturalisasi pebola basket putri asal China bertinggi badan sekitar 190 sentimeter Zheng Xiaojing, tetapi gagal karena pada tahun 2013 pergantian kewarganegaraan itu tidak disetujui pemerintah. Setelah itu, tim bola basket putri Filipina fokus mengembangkan bakat-bakat dalam negeri.

Cabang olahraga bola basket Indonesia boleh saja mengucapkan realistis terhadap peluang di Asian Games 2018, namun semua persiapan timnas bola basket yang disusun oleh Perbasi diarahkan untuk meraih prestasi setinggi mungkin di Asian Games 2018.

Ah, meskipun berat mendapatkan medali di pesta olahraga tingkat Asia, tidak ada yang tidak mungkin, kan? 

Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017