Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yakin negara-negara lain akan segera menyusul langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalam ibu kota Israel.

Uniknya saat Netanyahu berkunjung ke markas besar Uni Eropa di Brussels, Senin waktu setempat, kebanyakan yang mendukung langkah itu adalah para polisi Eropa yang anti-Islam yang kebanyakan tidak menjadi bagian kekuasaan, kecuali Presiden Ceko Milos Zeman yang terkenal punya retorika anti-Islam.

Zeman adalah tokoh yang mengkritik Uni Eropa yang disebutnya pengejut karena tidak mau mengikuti langkah Trump itu.

Tokoh Eropa anti-Islam lainnya yang menyambut keputusan Trump soal Yerusalem itu adalah tokoh ultrakanan Belanda Geert Wilders. Pemimpin Parai Kebebasan (PVV) yang anti-Islam itu menyatakan, "semua negara bebas harus memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Dengan pongah dia menyebut ibu kota Yordania Amman sebagai ibu kota Palestina.

Tokoh ekstrem kanan anti-Islam lainnya yang mendukung manuver Trump itu adalah Hans-Christian Strache dari Austria, yang menyatakan kalau nanti berkuasa akan memindahkan kedutaan besar Austria di Israel ke Yerusalem.

Ironisnya Partau Rakyat Austria yang berhaluan kanan-tengah dan masuk dalam koalisi pemerintah menyatakan kebijakan Austria soal Yerusalem tidak berubah.

Sementera itu Perdana Menteri Hungaria Victor Orban yang pekan lalu mementahkan pernyataan kritik AS atas keputusan Trump, menyatakan bahwa negaranya tidak akan memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem, demikian Washington Post.




Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017