Sao Bernardo, Brasil (ANTARA News) - Seorang sejarawan yang ditugaskan oleh produsen mobil asal Jerman, Volkswagen (VW), menyatakan telah menemukan beberapa pegawai keamanan Volkswagen di Brasil pernah bekerja sama dengan rezim militer.

Seorang profesor sejarah dari Universitas Bielefeld di Jerman, Christopher Kopper, melakukan penelitian tentang peran Volkswagen di Brasil pada periode tahun 1964 sampai 1985, dan tidak menemukan adanya keterlibatan perusahaan atas kerja sama yang dilancarkan petugas keamanan tersebut.

"Tidak ada bukti yang jelas bahwa kerja sama tersebut dilembagakan oleh perusahaan," kata Christopher Kopper dilansir Reuters, Jumat.

Pihak VW menjelaskan bahwa penelitian Kopper itu berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh mantan karyawan, dokumen dari arsip perusahaan Volkswagen di Jerman dan Brasil, serta arsip negara Brasil.

Studi tersebut menemukan bahwa kerja sama penjaga keamanan dengan rezim militer itu melibatkan sejumlah nama pekerja yang dianggap sebagai militan kiri. Mereka melakukan interogasi dengan penyiksaan di dalam pabrik serta menyediakan mobil untuk tahanan.

Volkswagen, produsen mobil dengan penjualan terbesar ketiga di Brasil, mengatakan pihaknya tidak mempertimbangkan kompensasi finansial untuk para korban tersebut.

Mereka juga tidak berencana melanjutkan studi ke pabrik VW di Argentina yang dikuasai rezim militer selama bertahun-tahun.

"Tidak ada yang kami sembunyikan. Kami siap bekerja sama dengan pihak berwenang," kata CEO Volkswagen Amerika Selatan dan Brasil, Pablo Di Si, kepada wartawan di pusat industri otomotif di Sao Paulo.

Kopper mengatakan kepada wartawan di acara yang sama bahwa penelitian itu tetap independen walaupun dibantu oleh pihak VW.

Sejarawan tersebut menyebutkan dalam laporannya bahwa tidak ditemukan bukti Volkswagen telah menginstruksikan petugas keamanan untuk bekerja sama dengan militer, namun dia menemukan bahwa departemen sumber daya manusia perusahaan memang mengetahui adanya kerja sama itu.

Di sisi lain, sekelompok demonstran di luar pabrik yang menolak menghadiri acara tersebut sebagai memprotes atas sikap Volkswagen yang menolak meminta maaf secara formal dan membayar kompensasi kepada para korban.


Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2017