Amman, Jordania (ANTARA News) - Puluhan ribu warga Jordania turun ke jalan di berbagai gubernuran pada Jumat (15/12) untuk memprotes keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Demonstrasi terbesar diselenggarakan di pusat kota Amman, saat lebih dari 20.000 pemortes dari berbagai kelompok dan partai politik melancarkan aksi mereka.

Rakyat membakar bendera Israel dan Amerika Serikat, dan menyerukan dihapuskannya kesepakatan perdamaian Wadi Araba 1994, yang ditandatangani Yordania dengan Israel.

"Jerusalem ada milik kami dan itu dalam bahasa Arab tak peduli apa yang dikatakan Trump," kata demonstran, sambil membawa gambar Mesjid Al-Aqsa dan Yerusalem. 

Hingga saat ini Yerusalem Lama dibagi ke dalam empat sektor, yaitu sektor Kristen, Kristen Armenia, Yahudi-Yudaisme, dan Islam. Sementara para kepala negara/kepala pemerintahan negara anggota OKI telah bersidang dan mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. 

Ibrahim Halabi, pemrotes yang berusia 58 tahun, mengatakan, "Kami berada di sini untuk secara damai mengirim pesan bahwa kami semua menolak keputusan ini, yang akan menambah buruk situasi. Jerusalem adalah garis merah buat bangsa Arab dan umat muslim dan Trump perlu memahami ini."

"Kita semua juga harus mendukung dan memperlihatkan solidaritas buat rakyat Palestina mengenai Jerusalem dan rakyat Palestina saat mereka menghadapi semua agresi dan pelanggaran Israel setelah keputusan ini," kata Halabi.

Demonstran juga menyerukan pemboikotan produk Amerika Serikat dan mendesak negara Arab dan muslim agar melakukan tindakan lebih jauh guna menekan Amerika Serikat agar mencabut keputusan itu.

Rakyat Jordania juga menggelar demonstrasi di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ibu Kota Jordania, Amman, untuk menolak keputusan Trump itu.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017