Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan penaikan peringkat risiko utang jangka panjang valas dan rupiah dari Fitch Rating menunjukkan kepercayaan investor terhadap soliditas perekonomian Indonesia.

"Ujung-ujungnya nanti diharapkan mendorong lebih rendahnya biaya yang perlu dikeluarkan (cost of fund) terkait dengan pembiayaan melalui penerbitan surat utang maupun SBSN," kata Luky dalam acara Forum Kebijakan Pembiayaan Proyek SBSN di Gedung Dhanapala, Jakarta, Jumat.

Sebelumnya, Fitch Ratings menaikkan peringkat risiko utang jangka panjang valas dan rupiah menjadi "BBB/outlook stable" dari "BBB-/outlook positive".

Luky menilai lembaga pemeringkat kredit tersebut telah menyadari upaya-upaya reformasi yang dilakukan Indonesia, baik di bidang fiskal, moneter, maupun sektor riil.

"Itu semua menjadi modal yang bagus bagi kita untuk menghadapi 2018, khususnya terkait dengan strategi pembiayaan," ucapnya.

Beberapa alasan penaikan peringkat oleh Fitch tersebut, antara lain, pertama ketahanan ekonomi Indonesia dianggap kuat akan gejolak eksternal karena kebijakan makroekonomi yang konsisten dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Hal itu terlihat dari kenaikan cadangan devisa Indonesia hingga 126 miliar dolar AS per November 2017 akibat kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak 2013.

Selain itu, kebijakan moneter yang ditempuh selama ini dianggap bisa mengurangi volatilitas dana keluar (capital outflow).

Fitch juga menyoroti kebijakan makroprudensial yang mampu menahan banyaknya pinjaman korporasi dari luar negeri. Stabilitas makroekonomi tersebut dipandang karena kebijakan anggaran fiskal yang kredibel dalam beberapa tahun terakhir.

Alasan lainnya adalah upaya sinergi Pemerintah dalam reformasi struktural yang mampu meningkatkan iklim investasi, seperti tercermin dari meningkatnya peringkat Kemudahan Berusaha.

Hal ini juga mendorong penguatan sektor eksternal Indonesia seiring dengan meningkatnya aliran investasi langsung yang diperkirakan dapat menutup defisit transaksi berjalan dalam beberapa tahun kedepan.

Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017