Yerusalem (ANTARA News) - Israel menghubungi "sedikitnya sepuluh negara" mengenai kemungkinan pemindahan kedutaan mereka ke Yerusalem setelah Amerika Serikat mengakui kota tersebut sebagai ibu kota Israel, kata seorang Wakil Menteri Luar Negeri Israel.

"Kami berkomunikasi dengan sedikitnya sepuluh negara, beberapa di antaranya di Eropa" untuk membahas langkah tersebut, kata Wakil Menteri Luar Negeri Tzipi Hotovely kepada radio publik pada Senin (25/12).

Dia berbicara sehari setelah Guatemala mengatakan akan memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem, langkah yang puji Israel dan dikecam oleh Palestina.

Hotovely mengatakan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan "memicu gelombang" gerakan-gerakan semacam itu. "Sejauh ini kita baru melihat permulaannya," kata Hotovely.

Dia tidak menyebut nama negara-negara yang dihubungi, tetapi radio publik mengutip sumber diplomatik Israel mengatakan bahwa Honduras, Filipina, Rumania dan Sudan Selatan termasuk di antara negara-negara yang mempertimbangkan langkah tersebut.

Dua pertiga negara anggota PBB pada Kamis memilih mendukung resolusi yang menolak langkah kontroversial Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, menegaskan kembali bahwa status Yerusalem harus diselesaikan melalui negosiasi.

Guatemala bersama Amerika Serikat, Israel, Honduras, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Togo menentang resolusi itu.

Israel merebut bagian timur Yerusalem dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Israel menganggap seluruh kota itu sebagai ibu kota tak terbagi mereka, Palestina juga menganggap Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka.

Sampai sekarang tidak ada negara yang menempatkan kedutaannya di Yerusalem. Mereka menempatkannya di ibu kota komersial Israel, Tel Aviv, demikian siaran kantor berita AFP. (hs)

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017