Depok (ANTARA News) - Ahli Imunologi Universitas Indonesia (UI) Dr dr Iris Rengganis SpPD-KAI mengatakan bahwa imunisasi difteri untuk dewasa tetap diperlukan sebagai upaya pencegahan sekaligus perlindungan kesehatan.

"Meskipun pemberian vaksinasi bagi rentang usia dewasa ini diutamakan di daerah-daerah yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Untuk daerah di luar itu, diutamakan yang berinteraksi secara langsung dengan penderita, seperti suster, dokter, atau relawan kesehatan," katanya dalam seminar Info Sehat Fakultas Kedokteran (FK) UI Untuk Anda yang diselenggarakan oleh FKUI di Salemba, Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan pemberian vaksinasi bagi dewasa dibedakan menjadi dua jenis yaitu pertama dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin atau belum lengkap status imunisasinya, diberikan satu dosis vaksin Tdap diikuti dengan vaksin Td sebagai penguat sebanyak tiga kali.

Pemberian dosis kedua berjarak empat minggu dari dosis pertama dan dosis ketiga diberikan setelah enam sampai 12 bulan dari dosis kedua.

Sedangkan bagi orang dewasa yang belum menyelesaikan tiga dosis vaksin Td seri primer diberikan sisa dosis yang belum dipenuhi.

Ia menegaskan bahwa vaksin hanya mampu memberikan perlindungan selama 10 tahun, sehingga setelah 10 tahun, perlu diberikan booster atau penguat.

Sementara itu Kepala Klinik Satelit UI DR dr Astrid W Hardjono M.PH., SpOk mengatakan mengingat pentingnya pemberian vaksinasi difteri bagi dewasa, Klinik Satelit UI menggelar program pemberian vaksinasi difteri bagi warga UI dan masyarakat umum di Kampus UI Depok sejak 17 Desember 2017.

Bagi warga yang berminat untuk mengikuti program itu dapat mendaftar sebelumnya melalui nomor telepon (021) 78881017 atau datang langsung ke Klinik Satelit UI untuk kemudian melakukan pengaturan jadwal untuk melakukan vaksinasi.

Klinik Satelit UI hanya menyediakan vaksin bagi rentang usia dewasa di atas 18 tahun.

"Bagi masyarakat di rentang usia dibawah itu, akan kami rekomendasikan ke Puskesmas setempat untuk diberikan vaksin difteri gratis dari pemerintah," ujarnya.

Astrid menjelaskan meskipun program itu adalah program berbayar namun Klinik Satelit UI tidak mengambil keuntungan dan uang yang dibayarkan peserta hanya diputar untuk membeli vaksin difteri berikutnya.

FKUI bekerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) juga menyediakan pelayanan vaksinasi difteri bagi orang dewasa. Pelayanan itu bisa didapatkan di Klinik Imunisasi Dewasa RSCM lantai 5.

Dengan diberikannya vaksinasi, diharapkan masyarakat terhindar dari penularan difteri, sehingga KLB bisa segera teratasi dan masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya upaya pencegahan penyakit, termasuk vaksinasi.

Menurut data World Health Organization (WHO), pada kurun waktu 2000-2015 Indonesia masuk 10 daftar negara dengan penyebaran difteri terbesar di dunia.

Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 juga telah memetakan enam wilayah di Indonesia dengan tingkat kasus penyebaran difteri terbanyak, yaitu Jawa Timur (271 kasus), Jawa Barat (95 kasus), Banten (81 kasus), Aceh (76 kasus), Sumatera Barat (20 kasus) dan DKI Jakarta (16 kasus).

Sebanyak 18 persen kasus dialami oleh rentang usia 19-40 tahun (dewasa), meskipun rentang usia terbesar penderita difteri adalah umur 1-18 tahun.

Saat ini pemerintah dengan program Outbreak Response Imunization Difteri (ORI Difteri) hanya memberikan vaksinasi gratis terhadap rentang usia 1-18 tahun.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017