Monrovia (ANTARA News) - George Weah secara simpatik menang dalam pemilihan presiden Liberia dengan tugas-tugas berat menghadang di depannya: memberikan keuntungan bagi para pendukung di saat negaranya menghadapi masalah ekonomi dan dukungan dari para pendonor yang semakin berkurang.

Weah ditemui oleh ratusan pendukungnya yang meluapkan kegembiraan saat tiba di markas partainya pada Jumat. Banyak yang telah menunggu selama satu dekade - sejak usahanya untuk naik ke kursi kepresidenan tahun 2015 -- melihat seorang pria yang mereka pandang akan memiliki peluang untuk berkuasa.

Para pendukung itu datang dengan harapan tinggi bahwa mantan bintang sepak bola tersebut mungkin harus berhati-hati mengelola wataknya jika ia ingin mempertahankan dukungan, khususnya di antara kaum muda di negara Afrika Barat itu.

Dalam pidato perpisahan pada Jumat kepada senat, di mana dia menjadi anggotanya sejak 2015, Weah memberikan catatan pada persatuan dan menyampaikan kebijakan khusus, sebagaimana ia lakukan ketika berkampanye.

"Kita semua kolega, kita orang-orang Liberia. Sudah saatnya bagi kita untuk bekerja bersama memajukan negara ini," katanya.

Weah, yang semasa remaja bermain sepak bola di jalan-jalan berdebu di daerah kumuh Clara Town, Monrovia, ibu kota Liberia, dan kemudian bermain untuk klub-klub top Eropa, berhasil melangkahkan kakinya ke dunia politik di saat ketakpuasan merebak di bawah pemerintahan 12- tahun Presiden Ellen Johnson Sirleaf.

Johnson Sirleaf meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2011 karena membantu memulihkan perdamaian setelah perang-perang saudara tahun 1989-2003, tetapi ia dikritik karena kemiskinan masih belum teratasi dan skandal-skandal korupsi, demikian Reuters.

(Uu.M016)

Pewarta: LKBN Antara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017