Yogyakarta (ANTARA News) - Kehadiran Presiden Joko Widodo di kawasan Malioboro dua kali berturut-turut diharapkan mampu menguatkan citra Malioboro sebagai magnet utama pariwisata di Kota Yogyakarta.

"Harapannya, kehadiran beliau bisa memperkuat citra Malioboro. Sebenarnya, kami berharap beliau bisa hadir pada Selasa Wage saat semua komunitas di Malioboro bergotong royong membersihkan Malioboro," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syarif Teguh di Yogyakarta, Minggu.

Citra Malioboro sebagai tujuan utama wisata di Kota Yogyakarta sempat tercoreng oleh beberapa kejadian yang membuat pengunjung menjadi tidak nyaman akibat ulah oknum pedagang kaki lima (PKL) yang menaikkan harga makanan secara tidak wajar.

Oknum PKL tersebut sudah diberi sanksi dengan tidak boleh berjualan selama beberapa waktu tertentu. Kejadian tersebut terjadi saat libur Lebaran.

"Pada libur akhir tahun ini, tidak ada keluhan yang masuk. Terkadang, ada keluhan harga tidak wajar tetapi itu terjadi di luar kawasan Malioboro namun dianggap ada di Malioboro," ujarnya.

Meskipun demikian, Syarif tetap akan menampung keluhan wisatawan dan mengambil tindakan tegas asalkan keluhan tersebut disertai dengan bukti yang jelas dan kejadian berada di kawasan Malioboro.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengunjungi Malioboro dua kali berturut-turut pada Sabtu (30/12) malam dengan berjalan kaki bersama keluarga dari Gedung Agung ke Malioboro untuk membeli kaos dan diakhiri dengan naik andong.

Pada Minggu pagi, Presiden Joko Widodo kembali menyapa masyarakat dengan berjalan kaki lebih jauh yaitu dari Gedung Agung hingga depan Gedung DPRD DIY.

Selama berjalan kaki, warga yang tengah menghabiskan libur panjang akhir tahun di sepanjang Malioboro pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk bersalaman atau berfoto bersama dengan Presiden Joko Widodo yang didampingi putra bungsunya, Kaesang Pangarep.

Presiden yang tampil cukup santai dengan mengenakan kaos putih kemudian kembali ke Gedung Agung. Di sepanjang perjalanan, presiden membagi-bagikan kaos kepada masyarakat.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017