Jakarta (ANTARA News) - "Mengembalikan Kejayaan Bulu tangkis Indonesia di Kancah Internasional" menjadi tema besar yang diserukan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dalam Rapat Kerja Nasional pada akhir Desember 2017 untuk mengarungi musim 2018.

Tema yang sekaligus menjadi visi PBSI tersebut rasa-rasanya pantas kembali digaungkan PBSI era Wiranto ini, di tengah prestasi olahraga kebanggaan Indonesia ini yang seakan jalan di tempat, sementara negara-negara pesaing mulai menunjukan kebangkitan, bahkan negara-negara nontradisionalis di kancah bulu tangkis bermunculan menjadi kekuatan baru.

Hal itu terlihat dari mulai merangkak naiknya pemain-pemain yang notabene bukan dari negara-negara dengan kultur kuat bulu tangkis seperti India, Taiwan, Hong Kong, Thailand bahkan Spanyol masuk ke jajaran 10 besar elit dunia.

Sementara negara-negara kuat seperti China, Korea Selatan, Jepang dan Denmark memantapkan eksistensi di dunia bulu tangkis dengan berhasil menempatkan wakil-wakil hasil regenerasinya di jajaran elit dunia.

Bagi bulu tangkis Indonesia, tahun 2017 menjadi tahun yang cukup fenomenal, terutama dalam prestasi perorangan. Raihan 12 gelar juara dunia dari 13 kejuaraan level super series yang diikuti Indonesia menjadi catatan terbaik dalam lima tahun terakhir.

Sebanyak 12 gelar yang masing-masing disumbangkan oleh ganda putra (7), ganda campuran (3), ganda putri (1) dan tunggal putra (1) itu, melebihi catatan pada 2013 lalu saat Indonesia mengoleksi 11 gelar juara turnamen level yang sama dan meningkat signifikan dibanding tahun 2016 yang hanya mencatatkan sembilan gelar juara.

Jika melihat target utama PBSI pada 2017, yakni tiga gelar untuk pemain senior, dua gelar level junior plus hasil positif di SEA Games Malaysia, bisa dikatakan target tersebut hanya terpenuhi sekitar 60 hingga 70 persen.

Dari tiga target utama level senior, dua yang terpenuhi adalah gelar juara All England dan Kejuaraan Dunia 2017. Peraih tujuh gelar super series tahun 2017, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, menjadi pasangan yang sukses merealisasikan target gelar Indonesia di All England 2017.

Sementara untuk Kejuaraan Dunia 2017 dipersembahkan oleh pasangan gaek Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir plus satu perak dari ganda putra Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro, sekaligus memperbaiki prestasi Indonesia tahun sebelumnya yang gagal membawa pulang gelar.

Sayangnya, keberhasilan di sektor perorangan ini tidak menular ke sektor beregu. Di Piala Sudirman 2017, misalnya, Indonesia yang merupakan unggulan enam harus puas hanya menduduki posisi sembilan dunia, di bawah Malaysia yang menempati posisi tujuh dan Thailand di empat besar dunia, yang merupakan prestasi terendah sepanjang keikutsertaan Indonesia sejak 1989.

Selanjutnya hasil buruk juga dialami di Kejuaraan Asia 2017, yang memperlihatkan kali kedua beruntun Indonesia gagal meraih gelar di kejuaraan tersebut, bahkan sebagian besar pemain "angkat koper" sejak putaran pertama atau kedua.

Lalu di SEA Games 2017, kendati membawa pulang dua medali emas dari beregu putra dan tunggal putra, secara umum, target yang dibebankan pemerintah yakni tiga emas tidak tercapai. Sehingga sedikit berdampak pada pencapaian Indonesia secara keseluruhan di ajang itu, mengingat cabang ini menjadi salah satu lumbung yang diharapkan bisa menyumbang banyak emas.

Kegagalan tersebut dinilai banyak pihak karena kekuatan bulu tangkis Indonesia yang tidak merata yang hanya bisa dibilang mengandalkan dua nomor yakni ganda putra dan campuran. Akhirnya dalam kejuaraan beregu, Indonesia hampir selalu gagal meraih hasil positif jika ada masalah terjadi pada nomor andalan tersebut.


Rotasi demi Prestasi

Bercermin atas hasil sepanjang tahun 2017, PBSI masih menilai atlet-atlet bulu tangkis di semua nomor pertandingan menunjukkan perkembangan positif walau tak menutupi terlalu mengandalkan ganda putra dan campuran untuk mendulang prestasi.

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PB PBSI Susi Susanti mencontohkan untuk ganda putri, misalnya, pada 2017 bisa sedikitnya menghasilkan dua gelar juara melalui Greysia Polii/Apriyani Rahayu (satu super series Prancis Terbuka dan satu Grand Prix Gold Thailand Terbuka). Lalu nomor tunggal putra sempat menciptakan partai final sesama pemain Indonesia di super series Korea Terbuka.

Di nomor tunggal putri, meskipun di kategori seniornya baru bisa mencapai semifinal atau final turnamen level Grand Prix Gold, tapi untuk junior telah menunjukkan perkembangan luar biasa dengan menjuarai Kejuaraan Dunia Junior setelah 25 tahun melalui Gregoria Mariska Tunjung yang dinilai bisa menjadi modal Indonesia juga ke depannya.

Walau seluruh nomor menunjukan tren positif, Susi menegaskan pihaknya tetap melakukan evaluasi menyeluruh yang akhirnya bermuara pada promosi-degradasi dan perombakan skuat pelatnas.

"Kami melihat semua kemungkinan, target setiap individu yang disesuaikan dengan target tim di kejuaraan-kejuaraan. Ini merupakan penilaian keseluruhan dari pelatih juga. Kami harap dengan keputusan ini, di tahun 2018 lebih baik lagi dan regenerasi menjadi lebih cepat," ujarnya.

Untuk tahun 2018 mendatang, atlet penghuni pelatnas mengalami peningkatan menjadi 104 atlet dari 89 atlet di tahun 2017 di lima nomor dalam kategori senior dan junior, di samping 15 atlet dipulangkan ke klub masing-masing berdasarkan Surat Keputusan bernomor SKEP/070/0.3/XII/2017 tentang Promosi Atlet Bulu Tangkis Untuk Masuk Pelatnas PBSI Tahun 2018 yang terbit pada 27 Desember 2017.

Jika melihat skuat yang dipanggil dalam SK pelatnas PBSI untuk tahun 2018 tersebut, federasi mengharapkan ada tuah tersendiri dari para pemain itu. Di nomor tunggal, misalnya, PBSI berharap hasil manis yang ditorehkan Gregoria Mariska di akhir karir level junior-nya sebagai juara dunia, bisa terus konsisten terjaga hingga level senior.

Begitu juga di tunggal putra, yang tahun 2018 mendatang diprediksi hanya akan dikuasai dua pemain saja yakni Viktor Axelsen (Denmark) dan Kidambi Srikanth (India), federasi mengharapkan hal itu dijadikan kesempatan yang luas para pemain muda Indonesia mulai bisa bersaing meski tetap harus waspada dengan munculnya pemain muda baru yang mulai merangkak naik juga, seperti Anders Antonsen (Denmark) dan Shi Yuqi (China).

Di nomor ganda, alih-alih untuk menambah "greget" kekuatan dan dulangan prestasi Indonesia di tahun 2018, PBSI-pun melakukan "perjudian nasib" dengan rotasi besar-besaran di semua nomor ganda.

PBSI melalui Kepala Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi menyatakan "perjudian" dengan berbagai perombakan pasangan ganda tersebut, demi mempersiapkan pasangan yang paling kuat untuk membela Indonesia di Asian Games 2018 selain menambah dulangan prestasi di musim 2018.

"Kami mencari yang paling konsisten dari skema tersebut," ujar Herry.

Satu yang paling mencuri perhatian adalah dimasukannya kembali nama pemain ganda putra senior, Hendra Setiawan, yang sempat menyatakan pensiun dari Cipayung, ke pelatnas.

Direncanakan akan kembali dipasangkan dengan pasangan lamanya Mohammad Ahsan di mana keduanya sempat merajai ganda putra dunia pada periode 2013-2015 silam.

Kembalinya Hendra dipasangkan dengan Ahsan, membuat Rian Agung Saputro yang menjadi pasangan Ahsan di tahun 2017, akan kembali dipasangkan dengan duet lamanya, Angga Pratama, setelah performa Angga dan duetnya Ricky Karanda Suwardi, dinilai kian menurun.

Ricky sendiri rencananya bakal banting stir ke ganda campuran, berpasangan dengan Debby Susanto.

Di ganda campuran, Debby yang akan diduetkan dengan Ricky untuk tahun 2018, diceraikan dari pasangannya, Praveen Jordan yang akan berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti.

Sementara nomor ganda putri, yang diisi Greysia Polii, Apriyani Rahayu, Anggia Shitta Awanda, Ni Ketut Mahadewi Istarani, Della Destiara Haris, Rizki Amelia Pradipta, Nitya Krishinda Maheswari, Yulfira Barkah, Rosyita Eka Putri Sari dan Meirisa Cindy Sahputri, akan dirombak setelah dilakukan evaluasi di turnamen bulan Januari 2018, yakni Thailand Masters, Malaysia Masters, Indonesia Masters dan India Masters.

SK pelatnas 2018 sudah diterbit yang tentu dengan melalui pertimbangan-pertimbangan matang dari pemangku kebijakan di PBSI. Hanyalah kerja keras, usaha dan kuatnya niat untuk memaksimalkan modal dan peluang dalam "perjudian" tahun 2018 PBSI itu, yang akan menjadi kunci untuk membuka gerbang kejayaan bagi bulu tangkis Indonesia tersebut.

"Tidak mudah memang kita untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia, tapi bisa kalau kita mau. Berat rasanya, tapi tetap kita jalani dengan baik dan tekun secara bersungguh-sungguh, prestasi tahun ini sungguh kita sudah on the right track, tinggal kita perbaiki saja apa yang masih kurang," ucap Ketua Umum PBSI Wiranto.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017