Jakarta (ANTARA News) - Mayjen TNI Djoko Setiadi telah resmi dilantik Presiden Joko Widodo menjabat Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 130/P Tahun 2017.

Djoko Setiadi yang sebelumnya menjabat Kepala Lembaga Sandi Negara Indonesia itu dilahirkan di Surakarta dalam keluarga yang sederhana dengan delapan saudara.

Setelah lulus SMA, ia melanjutkan menimba ilmu di Akademi Sandi Negara (Aksara) yang menjadi batu pijakan awal memasuki dunia sandi negara.

Pada masa itu, ia mengagumi sosok dr Roebiono Kertopati yang merupakan Kepala Lemsaneg 1946-1984 dan menginspirasinya untuk meniti karier melalui TNI setelah menyelesaikan pendidikan di Aksara.

Lulus dari pendidikan TNI pada 1981 dengan pangkat letnan dua, Djoko Setiadi mendapat penugasan di Kalimantan Barat selama delapan tahun.

Di sanalah ia bertemu dengan istri dan ibu dari putri-putrinya, Kyatti Imani.

Selanjutnya pada 1990 ia ditempatkan di Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri. Namun tidak lama, ia menerima tugas negara ke Turki saat Perang Teluk terjadi. Djoko dan keluarga menetap di Turki selama 4,5 tahun.

Ia ditempatkan di Pusat Intelijen Angkatan Darat (Pusintelad) setelah kembali ke Indonesia. Sebelum akhirnya kembali ke Lemsaneg, ia sempat menjadi Paspamres selama empat tahun.

Direktorat Pengamanan Sinyal adalah tampat awal kariernya di Lemsaneg, dilanjutkan menjadi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Ciseeng.

Kariernya terus menanjak, Djoko diangkat menjadi Deputi Pengaman Persandian sebelum pada 2011 menempati posisi tertinggi di Lemsaneg.

Djoko kembali dilantik sebagai Kepala Lemsaneg pada 2015 melalui Keputusan Presiden No.36/TPA Tahun 2015 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan Lemsaneg.

Setelah dilantik menjadi Kepala BSSN, Djoko diberhentikan dengan hormat dari Lemsaneg.

Usai dilantik, Djoko Setiadi menjelaskan BSSN merupakan revitalisasi dari Lembaga Sandi Negara yang dia pimpin sebelumnya.

"Lemsaneg direvitalisasi, kalau kalimat saya, sandi itu adalah bahasa zaman dulu. Sekarang siber. Kalau badan sandi bertransformasi ke badan siber, itu memang sudah sewajarnya," tuturnya.

Untuk memimpin lembaga dengan tanggung jawab yang besar dalam menanggulangi serangan siber, termasuk di dalamnya terorisme, BSSN akan menggunakan teknologi yang terkini.

"Kami sudah siapkan segala-galanya, kalau ada serangan siber dari manapun kita juga harus hadapi dengan teknologi," kata Kepala BSSN ini. 

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018