Singapura (ANTARA News) - Singapura melarang festival pemutaran film dokumenter pada akhir pekan ini, yang menampilkan seorang remaja perempuan pegiat Palestina, yang penangkapannya pada bulan lalu membuatnya menjadi lambang perlawanan terhadap pendudukan militer Israel di Tepi Barat.

Saat membenarkan pelarangan tersebut, pihak berwenang Singapura mengatakan bahwa film "Radiance of Resistance" itu tidak berimbang dan berpeluang memecah belah penduduk banyak suku Singapura.

Film dokumenter tersebut, yang memperlihatkan kemelut Palestina-Israel melalui mata Ahed Tamimi, 16 tahun dan wanita muda pegiat lain, tidak memiliki "penyeimbang", kata Badan Pengembangan Media Informasi Singapura (IMDA) di lamannya.

"Narasi film, yang menyimpang, adalah masalah dan berpeluang menimbulkan ketidak-serasian di antara berbagai suku dan agama di Singapura," kata IMDA.

Film dokumenter tersebut dijadwalkan akan ditampilkan di Festival Film Palestina Singapura pada hari Kamis.

Film ini diputar di sejumlah festival di seluruh dunia pada tahun 2017 dan memenangkan penghargaan dokumenter terbaik di "Respect Human Rights Film Festival" di Belfast, namun menjadi lebih topikal setelah penangkapan Tamimi bulan lalu.

Tamimi didakwa pada hari Senin dengan tuduhan melakukan serangan dan akan diadili di sebuah pengadilan militer Israel. Orang dewasa yang terbukti bersalah karena menyerang seorang tentara bisa dipenjara sampai 10 tahun, tapi Tamimi masih kecil sehingga keputusan itu tidak mungkin terjadi.

Pihak berwenang Singapura diketahui terus mengendalikan pidato publik dan media, terutama jika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ras dan agama, larangan langsung lebih jarang terjadi.

Adela Foo, penyelenggara festival Singapura, menyebut larangan tersebut "dapat dimengerti", tanpa menjelaskan lebih jauh.

"Pada akhir hari, keputusan IMDA adalah salah satu yang harus dihormati," kata mahasiswa berusia 23 tahun tersebut kepada Reuters.

Dengan minoritas Muslim yang cukup besar dan dikelilingi oleh negara mayoritas berpenduduk Muslim di mana simpati terhadap pergolakan Palestina mengalir deras, Singapura justru mempertahankan hubungan diplomatik dan militer yang bersahabat dengan Israel. Tapi Singapura sejalan dengan banyak negara lain yang menentang pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Sekitar 15 persen penduduk penduduk Singapura, yang berjumlah 3,3 juta orang, adalah Muslim, kata survai, yang baru-baru ini ditunjukkan pemerintah.

(Uu.R029/B002)

Pewarta: LKBN Antara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018