Magetan (ANTARA News) - Perajin kerupuk rambak di Magetan, Jawa Timur mengeluhkan produksinya menurun hingga sekitar 50 persen akibat cuaca sering mendung dan hujan, sehingga proses pengeringan kulit sapi yang merupakan bahan baku tidak bisa maksimal.

Salah seorang perajin kerupuk rambak di Desa Ringinagung, Kecamatan Magetan, Sri, Jumat, mengatakan kondisi udara yang lembab sangat berpengaruh pada saat proses pengeringan kulit sehingga tidak bisa maksimal.

"Setelah direbus selama sekitar satu jam, kulit sapi harus segera dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, sehingga membutuhkan cuaca yang panas," kata Sri.

Namun, kata Sri lagi, dengan kondisi cuaca mendung dan sering hujan mengakibatkan proses produksi kerupuk rambak sering tersendat-sendat.

"Pada saat cuaca normal, biasanya bisa memproduksi satu kuintal kerupuk rambak mentah per minggu. Namun pada musim penghujan seperti sekarang ini, kira-kira tinggal separuhnya. Sering dalam beberapa hari, bahkan pernah sampai selama seminggu sama sekali tidak berproduksi," ujar Sri yang ditemui di rumahnya Jalan Cut Nyak Dien, Magetan.

Menurut Sri, terkait bahan baku kulit sapi serta pemasaran sebenarnya nyaris tak ada kendala, karena industri rumahan yang dia kelola lokasinya berada di sekitar Lingkungan Industri Kulit (LIK) Magetan.

"Bahan baku kerupuk berasal dari bagian kulit sapi yang tidak bisa dipergunakan untuk bahan kerajinan tas maupun sepatu, di Magetan mudah didapat. Pemasaran kerupuk rambak pun gampang. Jadi kendalanya saat ini hanya cuaca," ujarnya pula.

Sri menambahkan, bahan baku dibeli dengan harga antara Rp20 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram tergantung kualitas kulit.

Sedangkan hasil produksinya dijual dengan harga Rp120 ribu per kilogram ke pasar lokal dan sebagian dikirim ke pelanggannya di Jepara, Jawa Tengah.

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018