Pekanbaru (ANTARA News) - Tim gabungan yang dipimpin Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau masih berupaya melacak harimau sumatera (phantera tigris sumatrae) yang menyerang warga hingga tewas pada Rabu (3/1) lalu.


"Tim identifikasi dan translokasi telah berada di lapangan. Hingga kini mereka terus bergerak melacak harimau tersebut," kata Pelaksana Tugas Kepala BBKSDA Riau, Haryono kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.

Selain BBKSDA Riau, tim gabungan tersebut juga terdiri dari aparat kepolisian serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak perusahaan dengan jumlah sekira 30 personel.


Haryono mengungkapkan tim sudah bergerak melakukan pelacakan harimau tersebut sejak hari kejadian, namun belum menemukan titik terang.



Mereka telah dua hari berada di tempat kejadian perkara di areal perkebunan PT Tabung Haji Indo Plantantion (THIP), Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.

Di lokasi itu raja rimba yang diperkirakan berusia remaja tersebut menerkam Jumiati, salah seorang karyawan lepas PT THIP. Perempuan berusia 33 tahun itu tewas dengan kondisi mengenaskan saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State.

Dia menuturkan, salah satu kesulitan dalam melacak jejak harimau tersebut adalah luasnya daya jangkau harimau yang mencapai 300 kilometer serta terbatasnya akses komunikasi mengingat lokasi kejadian cukup terpencil.

Akan tetapi, dia menuturkan pihaknya telah memasang sejumlah perangkap dengan cara menarik keluar raja rimba itu menggunakan kambing jantan.

"Kita pancing dia menggunakan kambing jantan. Kenapa? Karena informasinya itu merupakan salah satu upaya yang tepat," tuturnya.

Selain menurunkan tim untuk identifikasi dan translokasi, dia mengatakan tim yang sama juga berupaya melakukan upaya pencegahan konflik lanjutan antara satwa dilindungi itu dengan masyarakat setempat.

"Jadi salah satu fokus kita bagaimana agar masyarakat disana tidak melakukan tindakan represif pasca kejadian. Kita telah berupaya melakukan upaya untuk meredam itu, dan mereka bisa menahan diri," tuturnya.

Melengkapi Haryono, Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo menjelaskan upaya pelacakan dilakukan dengan mengidentifikasi jejak, kotoran, hingga bulu harimau.

"Sayangnya sampai sekarang itu belum ditemukan. Nanti gunanya adalah untuk bahan uji DNA. Sehingga ketika sudah tertangkap, bisa dipastikan apakah satwa yang sama yang menyerang korban atau berbeda," tuturnya.

Lebih jauh, Mulyo menjelaskan harimau yang menyerang warga tersebut diduga kuat berasal dari kawasan konservasi Swaka Margastwa Kerumutan. Kawasan konservasi itu hanya berjarak sekitar 40 kilometer dari lokasi kejadian.

Kapolres Indragiri Hilir AKBP Christian Rony Putra mengatakan peristiwa tragis itu terjadi saat tiga orang karyawati Eboni Estate, masing-masing Jumiati (33) Yusmawati (33) dan Fitriyanti (40) sedang melakukan pendataan pohon sawit yang terserang hama ganoderma.

Saat konsentrasi bekerja, tiba-tiba seekor harimau menampakkan diri. Terkejut dengan kehadiran binatang buas itu, ketiga karyawati berusaha menyelamatkan diri dengan memanjat pohon sawit yang berbeda-beda.

Satwa hutan yang sempat menghilang, tiba-tiba muncul kembali dan melompati korban Jumiati yang berada atas pohon sawit.

"Kaki korban berhasil digigit sehingga mengakibatkan korban terjatuh. Setelah bergumul selama 15 menit, harimau tersebut, berhasil mencengkeram bagian belakang leher korban sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia," kata Christian.


Pewarta: Bayu Agustari Adha & Anggi Romadhoni
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018