New York (ANTARA News) - Perusahaan kamera dan teknologi GoPro Inc mengumumkan akan mengurangi lebih dari 20 persen stafnya dan mempertimbangkan untuk menjual perusahaan menyusul penjualan lemah di musim liburan.

Perusahaan  yang bermarkas di California, Amerika Serikat itu mengatakan, akan mengurangi tenaga kerjanya yang berjumlah 1.254 menjadi di bawah 1.000 orang.

GoPro juga berencana keluar dari bisnis drone dan CEO-nya, Nicholas Woodman, akan menerima gaji hanya satu dolar AS (sekitar Rp13.429) tahun ini. Harga saham perusahaan itu anjlok di tengah laporan mengecewakan.

Seorang sumber mengatakan kepada AFP, GoPro mempekerjakan JPMorgan Chase untuk menasihatinya soal pilihan strategis, termasuk kemungkinan menjualnya.

Woodman sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan tersebut diperkirakan akan tetap independen, namun akan mempertimbangkan untuk menjualnya.

“Jika ada peluang untuk kami bersatu dengan perusahaan induk yang lebih besar guna membuat GoPro lebih besar lagi, itu hal yang akan kami pertimangkan,” kata Woodman kepada CNBC dikutip AFP.

“Tentu saja kita perlu menjalankan bisnis seolah-olah kita akan independen, dan kami merencanakan dengan tepat," tambahnya.

GoPro memproyeksikan penjualan kuartal keempat sebesar 340 juta dollar AS, jauh di bawah perkiraan para analis yakni sebesar 474 juta dollar AS.

Menjelang musim liburan, GoPro menurunkan harga pada beberapa model kamera, yang mengangkat penjualan namun menurunkan marjin keuntungan.

"Meskipun mendapat dukungan pemasaran yang signifikan, kami menemukan konsumen enggan membeli HERO5 Black dengan harga yang sama dengan yang diluncurkan pada satu tahun sebelumnya. Perusahaan berkomitmen untuk mengubah bisnis sekitar 2018," ungkap Woodman.

GoPro tidak akan lagi memasarkan drone setelah menjual inventaris yang tersisa, namun akan terus memberikan layanan dan dukungan kepada pelanggan drone produksinya yakni Karma. Demikian diberitakan AFP.


Penerjemah: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018