Suasana di depan stadion Gelora Sriwijaya, Komplek Olahraga Jakabaring Palembang, menjelang pergantian tahun pada akhir Desember 2017 lalu, tampak riuh rendah oleh suara anak-anak yang berlarian dan bermain sepeda listrik yang disewakan.

Tidak jauh dari arena permainan tersebut, rombongan turis lokal yang berasal dari luar Kota Palembang, asyik berswafoto di depan papan hitung mundur (count down) Asian Games 2018 yang memperlihatkan angka 230-05-33. Angka 230 menandakan jumlah hari, 05 untuk jam dan 33 untuk menit.

Sambil menunggu anak-anak bermain sepeda listrik, para orang tua tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto bersama dengan latar belakang papan berwarna warni yang menampilkan logo seluruh cabang olahraga yang akan dipertandingkan di pesta olahraga empat tahunan itu pada 18 Agustus sampai 2 September 2018 mendatang.

Di tempat lain, yaitu di depan gerbang Stadion Sriwijaya yang berbentuk perahu kayu, beberapa remaja juga bersiap-siap untuk berfoto bersama dengan latar belakang arena yang menjadi markas klub sepak bola Sriwijaya FC itu.

Komplek olahraga Jakabaring yang awalnya dibangun untuk menghadapi PON 2004 itu, saat ini sudah berkembang dan menjelma menjadi tujuan wisata olahraga dan disebut-sebut sebagai salah satu yang termegah di Tanah Air dan bahkan Asia Tenggara.

Pengunjung yang akan berwisata ke komplek tersebut harus membayar sebesar Rp5 ribu bila menggunakan sepeda motor, dan Rp10.000 untuk pengunjung beroda empat.

Di komplek seluas 325 hektare lebih itu, pengunjung bisa berkeliling melihat berbagai fasilitas yang ada seperti danau buatan untuk arena dayung dan ski air, perkampungan atlet, Stadion Utama Gelora Sriwijaya berkapasitas 45.000 penonton, atau sekedar duduk santai di bawah pohon yang rindang.

Seperti yang umumnya terjadi di setiap multi event, mulai dari Pekan Olahraga Nasional, SEA Games, Asian Games dan Olimpiade, penyelenggaraan pesta besar olahraga tersebut selalu meninggalkan semacam warisan (legacy) bagi tuan rumah.

Sebut saja PON 2008 Kalimantan Timur yang mewariskan Stadion Palaran, SEA Games 1995 Chiang Mai, Thailand yang meninggalkan komplek apartemen yang kemudian dijual kepada umum usai difungsikan sebagai perkampungan atlet.

Olimpiade Sydney 2000 juga dikenal dengan peninggalan komplek olahraga Homebush Olympic Park, sebuah komplek terintegrasi antara sarana olahraga dengan perumahan mewah yang berada sekitar 15km dari pusat kota Sydney.

Yang paling fenomenal adalah warisan yang ditinggalkan oleh Olimpiade Beijing 2008, yaitu stadion utama yang diberi nama Sarang Burung (Bird Nest) karena arsitektur yang memang mirip sarang burung.

Stadion yang menggelar upacara pembukaan paling spektakuler sepanjang sejarah tersebut, sampai sekarang bahkan menjadi ikon baru Kota Beijing dan tempat kunjungan wisata favorit selain Tembok Besar.

Tapi tidak semua warisan yang ditinggalkan oleh sebuah pesta olahraga besar tersebut bisa dirawat dengan baik, seperti yang terjadi pada Stadion Palaran yang dikabarkan sempat tidak terurus, sehingga biaya ratusan miliar yang sudah dikeluarkan pun menjadi sia-sia.

Jakarta yang pada 1962 pernah menjadi tuan rumah SEA Games, meninggalkan warisan tidak ternilai dan sampai sekarang masih dirawat dengan baik, yaitu komplek olahraga Gelora Senayan atau lebih dikenal dengan Gelora Bung Karno.

Seperti halnya Gelora Bung Karno, Stadion Sarang Burung di Beijing dan Homebush Bay di Sydney, Jakabaring juga merupakan sebuah warisan dari sebuah pesta besar olahraga dan akan menjadi ikon baru Kota Palembang.



"Kiblat" Olahraga

Komplek Olahraga Jakabaring saat ini menjadi satu-satunya lokasi olahraga terpadu paling lengkap dan modern setelah Komplek Gelora Bung Karno Senayan dan pantas dinobatkan sebagai "kiblat olahraga" kedua di Tanah Air.

Berbeda dengan fasilitas di Stadion Palaran di Samarinda atau Stadion Utama Pekanbaru yang tidak terurus dan bermasalah setelah menggelar PON 2008 dan 2012, Jakabaring justru sebaliknya.

Stadion Jakabaring konsisten untuk memberdayakan fasilitas yang sudah ada dengan menggelar berbagai turnamen, baik tingkat nasional maupun internasional. Itulah sebabnya, Jakabaring dipercaya pemerintah untuk menjadi tuan rumah kembar Asian Games 2018 bersama Jakarta.

Diluar Komplek Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, memang tidak banyak komplek olahraga di Tanah Air yang mampu menggelar begitu banyak event olahraga internasional seperti Jakabaring yang dulunya hanyalah tempat jin buang anak" itu.

Setelah menggelar PON 2004, Stadion Utama Jakabaring kemudian dipercaya sebagai tuan rumah salah satu pertandingan sepak bola Piala Asia pada 2007, turnamen voli pantai Asia Pasifik dan Pekan Olahraga Mahasiswa ASEAN pada 2014.

Namun multi event terbesar yang pernah digelar adalah saat dipercaya sebagai tuan rumah SEA Games 2011 bersama Jakarta, serta tuan rumah Pesta Olahraga Negara Islam (Islamic Solidary Games) 2013.

Selain Jakabaring, warisan yang didapat Palembang dipastikan akan bertambah setelah menjadi tuan Asian Games 2018, yaitu kereta ringan (light rail transit/LRT) sepanjang 22 km yang membentang dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sampai stadion.

Warga Palembang khususnya dan warga Sumatera Selatan umumnya sudah tidak sabar untuk mencoba moda transportasi modern tersebut. Energi Asia yang menjadi motto Asian Games juga sudah dirasakan oleh warga setempat karena persiapan yang telah dilakukan tidak hanya dalam pembangunan infrastruktur, tapi juga dalam bentuk lain seperti bidang pariwisata dan kuliner.

Hampir seluruh lapisan masyarakat tampak antusias dan siap untuk berkontribusi sesuai dengan keahlian di bidang mereka masing-masing.

Sukses sebuah daerah untuk memajukan olahraga dengan membangun dan merawat fasilitas olahraga modern tidak terlepas dari peran, semangat dan komitmen pemimpin daerah setempat.

Komplek olahraga Jakabaring adalah buah karya dan komitmen berkesinambungan dari satu gubernur ke gubernur berikutnya, dimulai dari Ramli Hasan Basri yang melakukan normalisasi Sungai Musi dan reklamasi kawasan Jakabaring yang semula rawa menjadi lahan matang. Pada masa Ramli selesai dilaksanakan pembebasan tanah warga.

Kemudian dilanjutkan proses perencanaan dan pembangunan pada masa Gubernur Rosihan Arsyad serta dilanjutkan pada era Syahrial Oesman dan puncaknya pada gubernur sekarang Alex Nurdin.

Tanpa komitmen kuat dari pemimpin daerah, stadion yang sudah dibangun dengan dana ratusan miliar hanya akan berarti sekali pakai setelah pesta usai, lalu dilupakan dan ditumbuhi ilalang.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018