Kedutaan Besar Republik Indonesia di Havana, Kuba bekerjasama dengan Pemda Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Camaguey, Kuba telah menyelenggarakan "Malam Budaya Indonesia-Kuba" pada tanggal 22 Juni 2007 di Hotel Habana Libre. Acara bertemakan "Angklung" tersebut menampilkan Saung Angklung Daeng Udjo, murid-murid Sekolah Musik "Jose White" Conservatorium dari Camaguey, balet dari Akademi Seni "Vicentina de la Torre", Camaguey dan peragaan busana dari KBRI Havana. Acara dihadiri oleh sekitar 300 undangan di antaranya pejabat Partai Komunis Kuba, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Budaya, Kementerian Pariwisata, dokter-dokter Kuba yang pernah bertugas di Indonesia sewaktu tsunami, komunitas seni serta Korps Diplomatik. Acara diliput oleh media elektronik dan cetak, seperti TV Nasional Kuba, harian nasional "Granma", serta radio Kuba. Dalam sambutan pembukaan, Kuasa Usaha a.i. KBRI Havana, Drs. Yoel Rohrohmana, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mempererat dan diharapkan dapat meningkatkan hubungan persahabatan antara kedua negara. Dalam kaitan tersebut, pada bulan Oktober 2006, KBRI Havana menyumbangkan seperangkat angklung kepada Sekolah Musik "Jose White" dan tiga sekolah "Republica de Indonesia". Acara dimulai dengan penampilan murid-murid kelas 2 dan 3 "Jose White" yang rata-rata berusia 18 tahun membawakan Angklung dengan lagu "Halo-halo Bandung", "Dari Sabang sampai Merauke", "La Paloma" dan "Rythmica en Re Mayor". Daeng Udjo yang membawakan medley tari Topeng dan Jaipong dengan iringan Rampak Kendang mendapat sambutan meriah dari penonton Kuba yang menyukai corak musik dinamis. Akademi Seni "Vicentina de la Torre" menampilkan 4 pasang penari balet Kuba yang membawakan tarian tradisional Kuba. Hal menarik adalah tarian tersebut diiringi oleh Angklung yang membawakan lagu "Vals", "Cultivo una Rosa Blanca" dan "La Guantanamera". Acara dilanjutkan dengan permainan angklung yang dipandu oleh Daeng Udjo. Penonton memainkan "Que Sera Sera", "Can´t Help Falling in Love" dan "Tanah Airku". Para penonton mengaku takjub dan kagum, karena belum pernah ada pertunjukan yang melibatkan penonton. Bahkan instruksi untuk memainkan angklung dilakukan oleh anak Daeng Udjo yang berumur 6 tahun. Di lain pihak, Daeng Udjo mengaku terkejut dengan keseriusan murid-murid Kuba yang dalam waktu singkat dapat membuat aransemen lagu untuk Angklung, tanpa mendatangkan pelatih Indonesia. Kekaguman Daeng Udjo ditunjukkan melalui spontanitas di puncak acara, yakni melakukan jam session, di mana Saung Angklungnya membawakan lagu terkenal Santana "Corazon Espinado" yang berirama cha cha, sedangkan empat pasang pebalet Kuba menari cha cha, sementara murid-murid "Jose White" melatarbelakanginya dengan menyanyikan lagu tersebut bersama-sama. Para undangan dan penonton yang akrab dengan lagu tersebut menyambut meriah. Mereka serentak berdiri dan ikut bergoyang dan bernyanyi bersama, termasuk crew TV Kuba. Di akhir acara, sambutan meriah diberikan oleh penonton melalui "standing ovation". Publik Kuba memiliki apresiasi seni yang tinggi dan semakin mengenal Angklung. Bahkan murid-murid "Jose White", pernah tampil pada saat peringatan HUT Presiden Fidel Castro ke-80 pada tanggal 2 Desember 2006. Bentuk apresiasi seni tersebut ditampilkan melalui tarian tradisional Kuba yang diiringi musik Angklung dan lagu terkenal Kuba "La Guantanamera" dimainkan dengan Angklung untuk pertama kalinya, demikian menurut Fungsi Pensosbud KBRI Havana, M. Siradj Parwito. Selain itu, sesi bersama antara angklung yang membawakan "Corazon Espinado" dengan pebalet Kuba tersebut menunjukkan bahwa musik dapat menjembatani perbedaan budaya. (*)

Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2007