Blora, Jawa Tengah (ANTARA News) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menargetkan lima varietas baru buah lokal dengan kualitas standar ekspor di 2018 guna menekan angka impor.

"Kemarin dari hasil Riset Unggulan Strategis Nasional kita kan sudah punya varietas pepaya dan melon, enak sekali rasanya. Tahun ini kita ada target lima varietas, durian, kelengkeng, manggis, pisang dan alpukat," kata Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Ape.

Ia mengemukakan itu saat mendampingi Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengunjungi Kebun buah lokal Greneng di Blora, Jawa Tengah, Kamis.

Menurut dia, pengembangan lima varietas baru buah lokal dengan kualitas standar ekspor tersebut diserahkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Varietas-varietas baru tersebut nantinya diharapkan dapat diserahkan ke daerah untuk bisa kembangkan dan disebarluaskan sehingga masyarakat mendapat manfaat.

Pusat-pusat perkebunan buah lokal seperti Mustika Sinar Semesta di Blora yang didatangi Menristekdikti ini, menurut dia, juga harus bisa menghasilkan bibit-bibit varietas baru tersebut. Sehingga pengembangan dari hasil riset itu tidak hilang, sebaliknya dapat memasyarakat.

"Ini bibitnya yang sudah terstandar ekspor harus ada sertifikatnya juga. Harapannya varietas-varietas unggul ini bisa menekan angka impor buah kita," ujar Jumain.

Menristekdikti Mohamad Nasir pada kesempatan yang sama mengatakan standarisasi penting selain rasa buah. Karena pemanfaatan teknologi dan inovasi untuk memberikan nilai tambah menjadi penting jika Indonesia ingin maju dalam pengembangan buah-buahan nusantara.

"Setelah standarisasi ukuran dan rasa selanjutnya kemampuan produksi untuk jumlah besar guna mencukupi pasar lokal sekaligus luar negeri. Ini alasan varietasnya harus benar-benar dikembangkan yang terbaik, bagian dari inovasi, karenanya kami undang peneliti-peneliti dari LIPI, IPB dan UGM untuk bisa melakukannya," lanjutnya.

Selain itu, Nasir mengatakan teknologi inovasi pascapanen juga sudah harus dimanfaatkan ketika produksi buah-buah tersebut setidaknya sudah mencapai 100 ton.

Teknologi ozonisasi, menurut dia, dapat diterapkan pada buah-buahan guna menghambat mikroba berkembang lebih cepat sehingga pembusukan tidak terjadi lebih cepat. Langkah ini, menurut dia, bisa dilakukan sebelum buah dilempar ke pasar.

"Ozonisasi kita tunggu kalau hasilnya sampai 100 ton. Teknologi sudah ada nanti bisa digabungkan dengan storage, sekarang sedang terus dikembangkan bersama Kementerian Pertanian dan Kementerian Desa Pemgembangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi," ujarnya.


Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018