Lebak (ANTARA News) - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Unggul Priyanto mengatakan pengolahan emas menggunakan merkuri cukup membahayakan bagi manusia sehingga pemerintah berkomitmen untuk menghapus penggunaan merkuri dalam kegiatan pertambangan rakyat.

"Kita mempersiapkan teknologi penggunaan sianida untuk mengganti merkuri dalam pengolahan emas milik pertambangan rakyat sehingga aman bagi manusia," kata Unggul saat meninjau lokasi pengolahan emas nonmerkuri di Desa Lebak Situ Kecamatan Lebakgedong Kabupaten Lebak, Banten, Kamis.

Penggunaan merkuri, katanya, membahayakan manusia jika masuk ke dalam tubuh tidak menghilang karena tidak berikatan dengan senyawa lain.

Sedangkan, sianida secara kimia memiliki senyawa dengan yang lain dan jika masuk dalam dosis kecil nantinya bisa menghilang melalui cairan tubuh.

Selain itu juga merkuri menghasilkan ekstraksi emas hanya 40 persen,sedangkan sianida bisa menghasilkan emas sekitar 90 persen.

Karena itu, penggunaan sianida tentu sangat menguntungkan secara ekonomi dibandingkan merkuri.

Namun, proses penggunaan sianida memakan waktu cukup lama hingga 72 jam untuk memproduksi emas dan jika merkuri hanya 20 jam.

"Meski sianida beracun, namun bisa hilang melalui senyawa lain sehingga aman bagi manusia dan tidak membahayakannya dibandingkan merkuri," katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, apabila pengolahan emas nonmerkuri di Kabupaten Lebak berhasil tentu akan dikembangkan di daerah lain di Indonesia.

Selama ini, spot-spot tambang emas di Tanah Air cukup banyak yang parah,termasuk di Pulau Buru.

Mereka para penambang emas di Pulau Buru masih menggunakan merkuri untuk pengolahan emas .

Selain itu juga pihaknya akan mensosialisasikan penggunaan pengolahan emas nonmerkuri juga menggelar pelatihan kepada masyarakat penambang.

Karena itu, pembangunan pengolahan emas nonmerkuri di Kabupaten Lebak pada minggu ketiga pada Februari 2018 akan diresmikan oleh Menteri KLHK Siti Nurbaya.

"Semua pembangunan pengolahan emas nonmerkuri dbaiayai oleh KLHK," katanya.

Pewarta: Mansyur
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018