Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa kebijakan mengimpor 500.000 ton beras pada bulan ini merupakan diskresi pihaknya.

"Beras saya impor, saya enggak usah (perdebatkan) karena itu diskresi saya," kata Enggartiasto di lingkungan Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Jumat.

Beras yang rencananya diimpor dari Vietnam dan Thailand itu dilakukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI dan mitra agar pemerintah bisa melakukan pengendalian.

Namun, Enggartiasto mengaku tidak membicarakan soal impor beras dengan Presiden.

"Enggak (bicara impor beras) karena, ya, buat apa? Saya jalani saja, akhir bulan ini (beras) masuk," tambah Enggar.

Kebutuhan impor beras itu, menurut Enggartiasto, juga bermanfaat untuk petani beras.

"Petani juga konsumen," kata Enggartiasto singkat sambil masuk ke mobilnya.

Sebelumnya, diberitakan bahwa keputusan untuk melakukan impor beras setelah pemerintah, Satgas Pangan, dan Bulog melakukan operasi pasar (OP) sejak November hingga Desember 2017 untuk menekan harga beras medium yang kian meningkat.

Dampak dari OP, menurut dia, nyatanya tidak memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan harga, bahkan puncaknya pada awal Januari 2018 harga beras medium berada pada kisaran Rp11 ribu per kilogram, atau di atas HET yang ditentukan, yakni Rp9.450,00/kg untuk wilayah Jawa.

Jenis beras yang diimpor bukanlah jenis beras premium, melainkan beras khusus yang tidak ditanam di dalam negeri. Beras itu nantinya dijual sesuai dengan harga beras medium, seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Ekspor dan Impor Beras.

Penugasan oleh PPI bertujuan agar harga beras khusus yang masuk ke pasaran dapat dikendalikan atau dijual sesuai dengan HET beras medium, yakni Rp9.450,00/kg.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018