Jakarta (ANTARA News) - “Metamorfosa”, album ketujuh Andien Aisyah, adalah karya di mana sang penyanyi merasa “paling berdaya”.

Album ini digarap secara indie, bukan di bawah naungan label seperti lima albumnya yang lain. Dia memiliki keleluasaan lebih untuk mengatur semua tetek bengek “Metamorfosa”. 

“Selain yang paling personal, inspirasi (Metamorfosa) dari keluarga, suami dan anak, saya merasa paling berdaya di album ini,” kata Andien dalam konferensi pers showcase Metamorfosa di Jakarta, Jumat. 

Ini bukan album indie pertamanya. Debut “Bisikan Hati” yang dirilis tahun 2000 dan digarap oleh Elfa Secioria juga merupakan album indie. 

Menurut Andien, album ketujuh ini adalah sebuah pencapaian baginya. Setelah menggelar konser tunggal pada 2015, Andien tidak kehabisan ide untuk berkarya. 

“Saya punya feeling konser ini hanya permulaan. Saya kepikiran banyak karya lain yang bisa dijadikan dengan tangan dan hati saya sendiri,” ujar dia. 

Andien menambahkan saat ini adalah tahun yang menyenangkan bagi musisi karena mereka bisa berkolaborasi dengan berbagai seniman untuk memperkaya karya. 

“Eranya kolaborasi, generasi sinergis,” kata Andien yang mengajak musisi lain seperti Tohpati, Abenk Alter, Lale Ilman Nino dan juga Tulus di album terbarunya. 

Pada pertunjukan malam ini, Andien juga mengajak solois pendatang baru Teddy Adhitya untuk membuka showcase Metamorfosa. 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018