....memicu kenaikan harga beras yang semakin tidak terkontrol."
Koba (ANTARA News) - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mewaspadai praktik penimbunan beras yang dilakukan oknum pedagang dengan melakukan pengawasan dan pemantauan secara rutin.

"Kendati sampai sekarang kami belum menemukan praktik demikian, namun tetap diwaspadai dan terus dipantau karena bisa memicu kenaikan harga beras yang semakin tidak terkontrol," kata Sekretaris Disperindagkop Bangka Tengah, Dedy NT di Koba, Selasa.

Ia menjelaskan, kendati harga beras mengalami kenaikan mencapai Rp2.000 per kilogram namun tidak ada pedagang yang memanfaatkan situasi tersebut dengan melakukan penimbunan sehingga tidak terjadi kelangkaan beras.

"Di Bangka Tengah tidak ada pedagang nakal, tidak ada yang melakukan penimbunan sehingga tidak terjadi kelangkaan beras dan memicu naiknya harga di luar ambang batas," ujarnya.

Ia mengimbau para pedagang beras tidak memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga sehingga sulit dijangkau masyarakat dan tidak melakukan penimbunan karena praktik demikian akan menimbulkan kelangkaan serta membuat harga beras semakin tidak terkontrol.

"Jika ditemukan praktik penimbunan tentu ada sanksi," tegasnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan pantauan tim di lapangan terdapat beberapa item barang yang harganya naik di antaranya beras, telur ayam dan ikan, sementara bahan kebutuhan pokok lainnya masih stabil.

"Kami terus melakukan pemantauan dan melaporkan secara rutin kondisi harga kebutuhan pokok di pasar, terutama harga beras," katanya.

Safrizal, seorang pemilik rumah di Bangka Tengah mengaku biaya belanja bahan-bahan untuk menu makanan lebih besar dari biasanya karena terjadi kenaikan beberapa item barang di antaranya beras, telur, kelapa, cabai dan sayuran.

"Tentu kondisi ini tidak menguntungkan kami pedagang rumah makan, namun kenyataan harus diterima dan kami tidak mungkin menaikkan tarif makan karena berpengaruh terhadap pelanggan," katanya.

Pewarta: Ahmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018