Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, Achmad Dwiwahjono, menginginkan agar PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) kembali memproduksi salah satu bahan baku industri kimia kembali, yakni senyawa aromatik.


“Saya minta tolong untuk TPPI Tuban yang notabenenya sekarang dimiliki oleh Pertamina dan pemerintah, agar bisa dijalankan pusat aromatiknya,” kata dia, kepada ANTARA News saat dihubungi di Jakarta, Rabu.


Pasalnya, TPPI memiliki kemampuan besar untuk memproduksi aromatik, sehingga bisa mendukung kebutuhan bahan baku industri kimia di Indonesia, yang saat ini masih diimpot.


“Kita impor hampir Rp200 triliun, 50 persen dari kebutuhan aromatic di dalam negeri. Kalau bisa diproduksi di sini kan lebih bagus,” ujar dia.


Jika TPPI Tuban kembali memproduksi aromatik dengan kapasitas 500.000 ton per tahun, maka impor bahan baku industri petrokimia bisa ditekan hingga 10 persen atau sebesar Rp20 triliun.


“Kalau TPPI Tuban kembali memproduksi aromatik, di sana ada nafta, naftanya bisa dipakai juga buat petrokimia PT Chandra Asri, sehingga efek penggandanya lebih besar dan nilai tambahnya lebih tinggi,” kata dia.


TPPI Tuban dan Chandra Asri pernah menjadi industri petrokimia Indonesia terbesar, terbaru dan termodern. Namun, karena beberapa hal, pabrik tersebut kini memproduksi BBM dalam proses produksinya.


Diketahui, senyawa aromatik memiliki ikatan rantai rangkap dalam betuk selang-seling. Bahan aromatik bisa digunakan pada industri petrokimia di mana bahan baku benzena dapat menghasilkan sikloheksana untuk membuat nilon.


Selain itu, kumena untuk membuat fenol dan stirena untuk pembuatan karet sintetis dan adapula toluena yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk farmasi.


Sementara xilena dapat menghasilkan asam tereftalat untuk bahan dasar pada pembuatan serat.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018