Jakarta (ANTARA News) - Sebesar 60 persen investasi yang masuk di sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) berasal dari sektor industri kimia, demikian disampaikan Dirjen IKTA Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwi Wahjono.

“Kalau kimia itu kan sekali investasi bisa Rp300 juta, langsung besar kan nilainya. Kemudian, diliat dari tren sebelumnya juga demikian,” kata Sigit kepada Antaranews di Jakarta, Rabu.

Selain itu, lanjut Sigit, banyak bahan baku sektor kimia dan farmasimasih diimpor dari beberapa negara di luar negeri, yang angkanya mencapai 50 persen dari seluruh kebutuhan industri di dalam negeri.

“Kita masih impor hampir 50 persen, hampir Rp200 triliun. Kalau bisa diproduksi di sini kan lebih bagus,” ujar Sigit.

Kementerian Perindustrian menargetkan nilai investasi di ini pada 2018 akan mencapai Rp117 triliun atau naik dari realisasi tahun 2017 yang diperkirakan menembus angka Rp94 triliun.

Proyeksi penanaman modal dari sektor IKTA tahun ini bakal menyumbang sekitar 33 persen terhadap target investasi secara keseluruhan pada kelompok manufaktur nasional sebanyak Rp352 triliun.

“Industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional akan memberikan kontribusi pertumbuhan paling tinggi di sektor IKTA pada tahun ini, yakni mencapai 6,38 persen,” ujar Sigit.

Menurut Sigit, Kemenperin tengah memprioritaskan pendalaman struktur industri farmasi nasional terutama di sektor hulu atau produsen penyedia bahan baku obat.

Upaya strategis ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.

“Oleh karenanya, pemerintah telah menyediakan beberapa insentif fiskal seperti tax allowance dan tax holiday guna menarik investasi dan memacu pelaku industri farmasi mengembangkan pabrik bahan baku di Indonesia,” paparnya.

Sigit mengungkapkan, Indonesia berpotensi unggul apabila mengembangkan sektor industri farmasi, herbal, dan kosmetika karena memiliki sumber daya alam yang mampu mendukung proses produksinya.

Terlebih lagi, Indonesia akan berkerja sama dengan Singapura dalam penetapan standar dan keamanan pangan termasuk juga produk herbal agar bisa lebih berdaya saing di tingkat global.



Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018