Jakarta (ANTARA News) - Tepat satu tahun setelah dilantik menjadi presiden Amerika Serikat, pemerintahan Donald Trump menghadapi ujian berat setelah ratusan ribu pegawai negeri sipil di negeri itu tak bisa ngantor karena pemerintah Amerika Serikat secara resmi tutup.

Tutupnya operasi pemerintahan yang menandai jurang perbedaan politik yang tajam di Washington itu terjadi karena berbagai hal, namun yang paling besar adalah kubu Demokrat di Senat menolak menyetujui anggaran atau RAPBN baru.

Lawan-lawan politik Presiden Trump enggan menyetujui RAPBN itu sampai mereka melihat pemerintah menangani ratusan ribu anak imigran dalam program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA) yang terancam dideportasi oleh Trump menyusul kebijakan imigrasinya yang kontroversial.

DACA adalah peninggalan pemerintahan Barack Obama yang memungkinkan para imigran muda tidak berdokumen terlindung dari ancaman deportasi.

Disebut-sebut ada 700.000 imigran muda jenis ini yang kerap disebut "Dreamers" yang dibawa masuk ke AS oleh orang tua mereka selagi masih bayi atau anak-anak.

Kebanyakan dari mereka kini telah dewasa, berkuliah di kampus-kampus Amerika, bekerja di Amerika, membayar pajak Amerika, tetapi tidak tahu harus ke mana karena mereka hanya mengenal AS sebagai tempat tinggalnya.

Tahun lalu Presiden Donald Trump menghapus program ini untuk kemudian meminta Kongres mencari solusi permanen sebelum Maret tahun ini.

Kubu Republik menyatakan tidak akan menegosiasikan DACA sampai RAPBN dibawa ke paripurna untuk dijadikan UU dan sampai pemerintah beroperasi kembali.

Demokrat dan Republik bersikukuh pada pendiriannya masing-masing sehingga AS menghadapi jalan buntu.

Baca juga: Republik dan Demokrat tak akur, pemerintah AS tutup tak tahu sampai kapan

Penutupan operasi pemerintahan dimulai Sabtu tengah malam di Washington.  Dan segera setelah itu saling tuding kesalahan antara kedua kubu terjadi.

Trump yang hari ini menandai genap satu tahun menjadi presiden, menuduh kubu Demokrat mempraktikkan politik yang tidak mengutamakan rakyat Amerika.

Gedung Putih kemudian menyemburkan kalimat keras dengan menyebut para politisi Demokrat di Senat sebagai "para pecundang yang merintangi hukum, bukan legislator".

Sebaliknya kubu Demokrat menyalahkan Trump karena menolak menempuh jalan kompromi bipartisan (melibatkan kedua partai, tidak hanya Republik) dalam soal tembok perbatasan Meksiko dan reformasi imigrasi.

Bos kubu Demokrat Nancy Pelosi berkata, "Selamat Ulang Tahun Pak Presiden, keinginan Anda terwujud, Anda inginkan penutupan (operasi pemerintah), penutupan Trump adalah tergantung Anda".

Pemimpin Minoritas Senat Demokrat Chuck Schumer menyebut berunding dengan Gedung Putih sama dengan "berunding dengan Jell-O, dekat dengan mustahil".  

Jell-O adalah produk agar-agar buatan Kraft Foods.

Gedung Putih menyamakan para politisi Demokrat dengan bayi berumur dua tahun yang merajuk marah.

Terakhir kali terjadi penutupan operasi pemerintah adalah pada masa Presiden Barack Obama pada 2013  yang harus berakhir sampai 16 hari dan diperkirakan membuat ekonomi nasional merugi 1,5 miliar dolar per hari.

Selama tutup itu, layanan pemerintah akan kacau balau, ratusan ribu PNS Amerika tidak akan digaji dan para imigran muda tak berdokumen dihadapkan pada masa depan yang tidak menentu.  Ironisnya, para anggota Kongres tetap lancar digaji selama pemerintah tutup itu, demikian news.com.au.

Baca juga: Janji Republik ampuh, Demokrat setujui RUU anggaran, "shutdown" berakhir





Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018