Bogor (ANTARA News) - Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Jawa Barat sukses mengujicoba Sekolah Ibu ditandai dengan diwisudanya sejumlah ibu yang mengikuti pendidikan nonformal dalam rangka penguatan ketahanan keluarga.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor Yane Ardian Bima Arya di Bogor, Senin, uji coba telah dilaksanakan di Kelurahan Katulampa.

"Uji coba dilaksanakan selama 4,5 bulan, dimulai sekitar pertengahan Agustus. Ada 18 kali pertemuan, seminggu sekali," kata Yane kepada Antara.

Yane mengatakan ada 26 ibu di Kelurahan Katulampa yang mengikuti uji coba Sekolah Ibu. Bersamaan dengan itu, juga dilakukan pelatihan untuk tenaga pelatih (TOT) sebanyak 30 orang.

Menurut Yane, 30 orang tenaga pelatih tersebut baru angkatan pertama, akan ada dua angkatan lagi yang akan dilatih. Totalnya ada 136 tenaga pengajar Sekolah Ibu.

Sekolah Ibu ini akan ada di setiap kelurahan, masing-masing kelurahan yang berjumlah 68 ada dua tenaga pengajar.

"Inshaa Allah sekolah ibu serentak dimulai di seluruh kelurahan pada awal Maret," kata Yane.

Yane menjelaskan Sekolah Ibu mengajarkan 18 modul atau materi yang berisi tentang penguatan peran ibu dalam rumah tanggah. Beberapa dari materi tersebut mengandung materi psikologis.

Setelah mengikuti Sekolah ibu, para ibu akan diwisuda dan mendapatkan sertifikat kelulusan dari PKK Kota Bogor selaku penyelenggara. Begitu dengan para pengajar akan mendapatkan sertifikat pengajar dari Pemkot Bogor.

Menurut Yane banyak hal menarik selama berlangsung uji coba sekolah ibu. Dalam setiap pertemuan ibu-ibu peserta diberikan pekerjaan rumah salah satunya menuliskan peristiwa bahagia yang dialaminya selama satu minggu.

"Ironinya ada salah satu ibu yang hanya bisa menulis satu peristiwa bahagia yang dialaminya selama satu minggu. Dan lucunya, ada ibu yang menulis 100 kebahagiaan yang dirasakannya selama satu minggu itu," kata Yane.

Bahkan ada seorang ibu yang pertemuan ketiga mengaku ingin bercerai dari suaminya. Tapi setelah mengikiti 15 kali pertemuan, ibu tersebut membatalkan niatnya untuk bercerai.

"Ini yang jadi perhatian kita semua, psikologis ibu itu harus dibangun, membuang mereka bahagia. Dengan mereka merasa bahagia, maka angka perceraian itu bisa ditekan, karena 80 persen perceraian diajukan oleh perempuan," kata Yane.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018