Kuala Lumpur (ANTARA News) - Dubes RI di Kuala Lumpur Rusdi Kirana mengunjungi rintisan Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB) pada Senin sore usai pertemuan (courtesy call) dengan Sultan Johor Bahru.

Dubes yang didampingi Konjen RI Johor Bahru Haris Nugroho dan Atase Dikbud KBRI Kuala Lumpur Prof Dr Ari Purbayanto, serta para diplomat menyapa siswa-siswi SD dan SMP yang berbaris di depan ruang kelas pada halaman belakang KJRI Johor Bahru.

Selesai menyapa dan berjabat tangan dengan para siswa, Dubes Rusdi selanjutnya meninjau ruang kelas semi permanen yang tergolong nyaman karena dilengkapi alat pendingin rungan.

Selanjutnya dia menuliskan kesan dan pesan pada papan mika yang telah disiapkan, serta berfoto bersama siswa dan para guru SIJB. Dilanjutkan acara tatap muka dan ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Johor Bahru, guru dan siswa di aula KJRI.

Acara ini juga dihadiri oleh diplomat KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Johor Bahru serta Darma Wanita Persatuan KJRI Johor Bahru. Acara tatap muka diawali dengan persembahan tari empat etnis oleh siswi SIJB.

Dalam sambutannya Atase Dikbud Prof Ari Purbayanto menyampaikan penjelasan tentang sejarah pendirian SIJB yang diawali dengan penyelenggaraan Sekolah Indonesia Terbuka pada tahun 2014 yang menggunakaan ruang aula KJRI dengan jumlah siswa 24 anak.

Menjadi rintisan Sekolah Indonesia Johor Bahru sejak Januari 2015 setelah memperoleh dukungan dana rintisan Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) dari Kemdikbud. Jumlah siswa terus bertambah dan sampai dengan saat ini mencapai 216 siswa.

Konjen RI Johor Bahru Haris Nugroho menyampaikan bahwa kunjungan Duta Besar RI ke KJRI Johor Bahru dan SIJB ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh siswa, serta masyarakat Indonesia yang berdomisili di Johor Bahru dan sekitarnya.

Konjen juga menyampaikan bahwa akan terus memperjuangkan agar Kantor KJRI dapat dibeli sehingga layanan pendidikan bagi anak- anak WNI ini dapat terus berlanjut.

Duta Besar dalam arahannya menjelaskan bahwa menjadi diplomat di Malaysia harus memiliki strategi seperti "calo", yaitu piawai mengambil hati para pejabat Malaysia untuk menjembatani kepentingan WNI di Malaysia.

"Dengan demikian pejabat Malaysia agar dapat lebih bertoleransi terhadap masalah- masalah yang dihadapi WNI," ungkap Rusdi Kirana.

Dia juga menginformasikan telah bertemu Deputi Perdana Menteri Malaysia (DPM) dan menyampaikan permasalahan izin Community Learning Center (CLC) di Semenanjung, izin tinggal beberapa siswa Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang terancam berhenti sekolah karena tidak dapat memperpanjang izin tinggalnya, serta visa lokal staf baik di KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Johor Bahru yang saat ini menggunakan visa PLKS sehingga tidak dapat fasilitas sebagai pegawai kedutaan.

DPM telah meminta daftar nama pihak-pihak yang bermasalah tersebut agar dapat ditindaklanjuti.

Duta Besar juga menyampaikan bahwa dirinya baru saja bertemu dengan Sultan Johor, salah satu hal yang dibicarakan adalah izin penyelenggaraan CLC di Semenanjung termasuk Sekolah Indonesia Johor Bahru.

Dia berjanji akan menyampaikan permohonan kepada Mendikbud RI agar dapat membangun SIJB sehingga dapat menampung lebih banyak lagi siswa.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018